Monogami adalah konsep yang menarik dan kompleks dalam hubungan manusia. Mari kita eksplorasi lebih dalam tentang apa itu monogami, bagaimana penerapannya dalam masyarakat modern, serta pro dan kontra yang menyertainya.
Pendahuluan
Dalam dunia yang terus berubah, konsep monogami tetap menjadi topik yang relevan dan sering diperdebatkan. Monogami, secara sederhana, dapat didefinisikan sebagai praktik memiliki hanya satu pasangan romantis atau seksual pada satu waktu, dan dalam banyak kasus, untuk seumur hidup. Konsep ini telah lama menjadi norma dalam banyak masyarakat di seluruh dunia, namun juga menghadapi tantangan dan pertanyaan di era modern.
Ini adalah gaya hubungan yang paling umum di Amerika Utara. Menjadi monogami dapat memiliki arti yang berbeda-beda tergantung pada orangnya, dalam hal ini maka beberapa orang mungkin terbuka terhadap pasangannya yang menjalin ikatan emosional yang erat dengan orang lain, selama hubungan tersebut tidak bersifat seksual. Orang lain mungkin ingin melibatkan pasangannya dalam semua aktivitas sosial, namun mungkin tidak ingin pasangannya mengembangkan hubungan emosional yang dekat dengan orang lain.
Apa itu monogami?
Ini adalah cara orang hidup hanya dengan satu pasangan, sudah menjadi kebiasaan bahwa beberapa individu harus menetap dengan orang tertentu, melarang pluralitas di antara pasangan.
Asal-usul dan Evolusi Monogami
Untuk memahami monogami dengan lebih baik, kita perlu menelusuri akar sejarahnya. Monogami sebagai praktik sosial dan biologis memiliki sejarah yang panjang dan kompleks. Beberapa peneliti berpendapat bahwa monogami berkembang sebagai strategi evolusioner untuk meningkatkan kelangsungan hidup keturunan, sementara yang lain melihatnya sebagai konstruksi sosial yang muncul dari berbagai faktor budaya dan ekonomi.
Menurut studi yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, monogami pada manusia mungkin berkembang sebagai cara untuk mengurangi infantisida oleh laki-laki, yang umum terjadi pada spesies non-monogami1. Teori ini menunjukkan bahwa monogami mungkin memiliki keuntungan evolusioner yang signifikan.
Monogami dalam Konteks Sosial dan Budaya
Monogami tidak hanya konsep biologis, tetapi juga memiliki implikasi sosial dan budaya yang mendalam. Di banyak masyarakat, monogami telah menjadi norma yang diterima dan sering kali didukung oleh hukum, agama, dan adat istiadat.
Dalam konteks modern, monogami sering dikaitkan dengan ide-ide tentang komitmen, kesetiaan, dan cinta romantis. Namun, interpretasi dan penerapan monogami dapat sangat bervariasi antar budaya dan individu. Beberapa masyarakat mempraktikkan monogami serial, di mana individu memiliki beberapa pasangan monogami sepanjang hidup mereka, sementara yang lain mengadopsi monogami yang lebih ketat untuk seumur hidup2.
Tantangan dan Kritik terhadap Monogami
Meskipun monogami tetap menjadi norma di banyak masyarakat, konsep ini tidak lepas dari kritik dan tantangan. Beberapa argumen yang sering diajukan terhadap monogami termasuk:
- Ketidakalamian: Beberapa berpendapat bahwa monogami tidak alami bagi manusia, mengutip bukti dari primata lain dan sejarah evolusi manusia.
- Tekanan sosial: Kritikus berpendapat bahwa monogami sering dipaksakan oleh tekanan sosial daripada pilihan pribadi yang murni.
- Ketidakpuasan: Beberapa penelitian menunjukkan tingkat ketidakpuasan yang tinggi dalam hubungan monogami jangka panjang3.
Monogami di Era Modern
Di era modern, konsep monogami terus berevolusi. Dengan meningkatnya penerimaan terhadap berbagai bentuk hubungan, termasuk poliamori dan hubungan terbuka, banyak orang mulai mempertanyakan kembali asumsi tradisional tentang monogami.
Namun, meskipun ada tantangan, monogami tetap menjadi pilihan yang populer bagi banyak orang. Banyak yang menghargai keamanan emosional, kepercayaan, dan keintiman yang dapat ditawarkan oleh hubungan monogami yang sehat4.
Etimologi
Kata monogami merupakan istilah yang berasal dari kata asal Yunani “μονογαμία” yang berarti “satu perkawinan”. Kata ini tercipta dari kata “mono” yang berarti “satu”, dan kata “gamos” yang berarti “perkawinan”, selain itu ditambahkan akhiran “ia” yang berarti mutu atau perbuatan. Dengan demikian, monogami diartikan sebagai suatu bentuk hubungan atau kebiasaan yang dimiliki seseorang tertentu dalam menjalin dan menjalin hubungan dengan satu pasangan.
Asal usul monogami
Monogami berkembang pada manusia ketika laki-laki berpangkat rendah mengubah taktik untuk menghindari persaingan dengan saingan yang berpangkat lebih tinggi dan mengungkapkan sisi mereka yang lebih berbelas kasih kepada calon pelamar. Pada titik tertentu dalam sejarah awal manusia, nenek moyang kita berhenti melakukan hubungan seks bebas dan mengadopsi sistem perkawinan monogami yang baru dan lebih teratur. Belum sepenuhnya dipahami mengapa transisi ini bisa terjadi, namun seorang ilmuwan Amerika telah menggunakan model matematika sederhana untuk memprediksi bagaimana keanehan evolusioner muncul dan mengapa hal ini memengaruhi konfigurasi beberapa karakteristik unik spesies kita.
keluarga monogami
Keluarga monogami muncul dari keluarga sindiasmik, ketika dunia mulai berevolusi. Hal ini ditandai dengan dominasi laki-laki sebagai landasannya, dengan tujuan utama untuk menghasilkan anak dan agar mereka mewarisi dari ayah. Ikatan yang terjadi dalam keluarga monogami ini hanya dapat dihancurkan jika pihak laki-laki dan kedua pasangan saling berbagi kasih sayang dan perhatian terhadap anak. Ini adalah cara untuk menciptakan kesatuan dalam masyarakat yang kokoh dan memiliki koherensi yang lebih besar. Di dalamnya, perempuan menerima perlindungan yang lebih besar dan lebih baik, memperoleh tingkat hierarki.
Monogami pada hewan
Monogami pada hewan adalah perkawinan antara seekor jantan dengan seekor betina. Ini adalah perilaku yang sangat umum pada burung, namun jarang terjadi pada sebagian besar hewan lainnya. Monogami umumnya mengharuskan hewan untuk mengenali pasangannya sebagai individu, bukan tugas kognitif yang mudah. Secara teori, pasangan monogami memastikan bahwa kedua pasangan akan berkontribusi dalam pemeliharaan keturunannya dan pertahanan bersama.
Kerugian terbesar dari monogami adalah setiap individu menjadikan seluruh investasi reproduksinya bergantung pada kondisi fisik pasangannya. Hal ini sangat penting dalam memilih pasangan yang cocok, karena memilih pasangan yang tidak cocok dapat menimbulkan kerugian besar bagi hewan tersebut. Hewan monogami menggunakan dua metode untuk memilih dan memenangkan taruhan pilihan pasangan. Pertama, mereka mungkin terlibat dalam serial monogami, terikat dengan satu pasangan selama satu musim kawin, tetapi memilih pasangan lain di musim berikutnya. Kedua, banyak pasangan yang tampaknya monogami sering kali menjadi sasaran perselingkuhan atau persetubuhan ekstra-pasangan. Meskipun lebih dari 90% spesies burung tampak monogami, penelitian genetik menunjukkan bahwa di sebagian besar populasi, setidaknya beberapa keturunan di setiap generasi dihasilkan dari perkawinan dengan pasangan yang tidak berpasangan.
Beberapa contoh hewan yang menganut monogami adalah sebagai berikut:
- Serigala abu-abu: ini adalah salah satu hewan paling setia yang pernah ada, tidak menyukai kesepian dan oleh karena itu, kawanannya sangat penting dan didasarkan pada keluarga: serigala jantan, serigala betina, dan anak serigala. Anak sulung bertugas membantu ibunya membesarkan saudara-saudaranya. Mereka mungkin memiliki beberapa teman dalam hidup mereka, tetapi hanya satu dalam satu waktu.
- Albatros: mereka melakukan perjalanan jauh keliling dunia, namun mereka kembali ke pasangan yang mereka pilih untuk berkembang biak. Mereka sangat mesra satu sama lain dan ikatan pasangan terbentuk selama beberapa tahun dan bertahan seumur hidup.
- Macaw: jenis burung ini termasuk yang paling romantis dan tetap bersama pasangan yang sama sampai mati.
- Penguin: Mereka diyakini bersifat monogami untuk memaksimalkan peluang mereka untuk berkembang dan bertahan hidup. Keduanya sama-sama berbagi segala sesuatu yang berkaitan dengan membesarkan anak dan berjuang untuk diri mereka sendiri dan pasangannya sepanjang hidup.
Keuntungan Monogami:
- Keamanan emosional
- Stabilitas untuk anak-anak
- Mengurangi risiko penyakit menular seksual
- Fokus pada pengembangan hubungan yang mendalam
Tantangan dalam Monogami:
- Mempertahankan gairah dalam jangka panjang
- Mengatasi godaan
- Mengelola harapan dan kekecewaan
- Menyeimbangkan kebutuhan individu dengan kebutuhan pasangan
Strategi untuk Hubungan Monogami yang Sehat:
- Komunikasi terbuka dan jujur
- Membangun kepercayaan
- Menjaga keintiman emosional dan fisik
- Menghormati individualitas pasangan
FAQ
Apa itu monogami?
Monogami adalah praktik memiliki hanya satu pasangan romantis atau seksual pada satu waktu, seringkali dengan komitmen jangka panjang atau seumur hidup.
Apakah monogami alami bagi manusia?
Ini adalah pertanyaan yang diperdebatkan. Beberapa ahli berpendapat bahwa monogami adalah konstruksi sosial, sementara yang lain melihatnya sebagai adaptasi evolusioner. Bukti menunjukkan bahwa manusia memiliki kapasitas untuk monogami dan non-monogami.
Apa keuntungan dari monogami?
Keuntungan monogami termasuk stabilitas emosional, keamanan, pengurangan risiko penyakit menular seksual, dan lingkungan yang stabil untuk membesarkan anak.
Apakah monogami cocok untuk semua orang?
Tidak, monogami mungkin tidak cocok untuk semua orang. Beberapa individu merasa lebih cocok dengan bentuk hubungan lain seperti poliamori atau hubungan terbuka.
Bagaimana cara mempertahankan hubungan monogami yang sehat?
Hubungan monogami yang sehat membutuhkan komunikasi terbuka, kepercayaan, rasa hormat, dan usaha terus-menerus untuk memelihara hubungan. Penting juga untuk mempertahankan individualitas dan pertumbuhan pribadi dalam hubungan.
Dalam kesimpulan, monogami tetap menjadi konsep yang kompleks dan menarik dalam hubungan manusia. Meskipun menghadapi tantangan dan kritik, monogami terus menjadi pilihan yang valid dan berharga bagi banyak orang. Seperti halnya dengan semua bentuk hubungan, kuncinya adalah komunikasi, kejujuran, dan saling pengertian antara pasangan.
Footnotes
- Opie, C., Atkinson, Q. D., Dunbar, R. I., & Shultz, S. (2013). Male infanticide leads to social monogamy in primates. Proceedings of the National Academy of Sciences, 110(33), 13328-13332. ↩
- Fisher, H. E. (1989). Evolution of human serial pairbonding. American Journal of Physical Anthropology, 78(3), 331-354. ↩
- Conley, T. D., Ziegler, A., Moors, A. C., Matsick, J. L., & Valentine, B. (2013). A critical examination of popular assumptions about the benefits and outcomes of monogamous relationships. Personality and Social Psychology Review, 17(2), 124-141. ↩
- Johnson, S. M. (2008). Hold me tight: Seven conversations for a lifetime of love. Little, Brown Spark. ↩