Pluto | Apa Itu, Ciri-ciri, Sejarah, Rotasi, | Planet

Ketika kita membicarakan Pluto, pikiran kita sering melayang ke dunia kecil yang misterius di tepi tata surya kita. Meskipun statusnya sebagai planet telah berubah, Pluto tetap menjadi objek yang menarik dan penting dalam studi astronomi. Mari kita jelajahi lebih dalam tentang karakteristik unik, sejarah penemuan, dan kontroversi seputar status Pluto dalam artikel ini.

Pendahuluan

Pluto pertama kali ditemukan pada tahun 1930 dan selama puluhan tahun dianggap sebagai planet kesembilan dalam tata surya kita. Namun, pemahaman kita tentang tata surya telah berkembang sejak saat itu, membawa perubahan besar dalam cara kita mengklasifikasikan benda-benda langit. Dalam artikel ini, kita akan menyelami berbagai aspek menarik tentang Pluto, dari karakteristik fisiknya hingga perdebatan tentang statusnya sebagai planet.

Pluto, planet yang pernah dianggap sebagai planet kesembilan dan terjauh dari Matahari, kini menjadi planet katai terbesar di tata surya. Ia juga merupakan salah satu anggota Sabuk Kuiper terbesar yang diketahui, sebuah wilayah gelap di luar orbit Neptunus yang diyakini dihuni oleh ratusan ribu benda berbatu dan es yang masing-masing lebarnya lebih dari 100 kilometer, serta 1 miliar komet atau lebih.
  • Jarak ke matahari: 5,934 miliar kilometer
  • Gravitasi: 0,6 m/s²
  • Panjang hari: 153 jam​
  • Periode orbit: 248 tahun

Apa itu Pluto?

Ini adalah planet di Tata Surya kita yang dianggap sebagai planet kerdil yang terletak setelah orbit Neptunus, yang namanya diambil dari nama dewa mitologi Romawi Hades, menurut sejarah Yunani.

Salah satu aspek paling menarik untuk dipertimbangkan adalah karakteristik fisik unik Pluto. Meskipun ukurannya kecil – bahkan lebih kecil dari bulan kita – Pluto memiliki beberapa fitur yang membuatnya menarik bagi para ilmuwan.

Pluto memiliki diameter sekitar 2.377 kilometer, yang hanya sekitar dua pertiga dari diameter bulan Bumi. Massanya hanya sekitar 0,2% dari massa Bumi, membuatnya jauh lebih ringan daripada planet-planet lain dalam tata surya kita. Permukaan Pluto sebagian besar terdiri dari es nitrogen, dengan sejumlah metana dan karbon monoksida.

Salah satu penemuan paling mengejutkan dari misi New Horizons NASA adalah adanya “hati” Pluto – sebuah formasi permukaan berbentuk hati yang dikenal sebagai Sputnik Planitia. Formasi ini adalah dataran es nitrogen yang luas yang menunjukkan tanda-tanda aktivitas geologis yang berkelanjutan, sesuatu yang tidak diharapkan pada benda langit yang begitu kecil dan jauh dari Matahari.

Penemuan dan Sejarah Awal Pluto

Penemuan Pluto adalah hasil dari pencarian sistematis yang dilakukan oleh Percival Lowell dan kemudian dilanjutkan oleh Clyde Tombaugh di Observatorium Lowell di Arizona, Amerika Serikat. Lowell telah memprediksi keberadaan “Planet X” berdasarkan gangguan yang diamati pada orbit Uranus dan Neptunus. Meskipun Lowell meninggal sebelum penemuan tersebut, karyanya membuka jalan bagi Tombaugh untuk akhirnya menemukan Pluto pada 18 Februari 1930.

Penemuan ini segera menarik perhatian dunia dan Pluto dengan cepat diterima sebagai planet kesembilan dalam tata surya kita. Namanya, yang diusulkan oleh Venetia Burney, seorang gadis berusia 11 tahun dari Oxford, Inggris, diambil dari dewa dunia bawah dalam mitologi Romawi, mencerminkan sifat gelap dan jauh dari benda langit ini.

Orbit dan Bulan-bulan Pluto

Aspek kritis lain yang perlu dieksplorasi adalah orbit unik Pluto dan sistem bulan yang mengelilinginya. Tidak seperti planet-planet lain dalam tata surya kita, orbit Pluto sangat elips dan miring, membuatnya kadang-kadang berada lebih dekat ke Matahari daripada Neptunus.

Pluto memiliki periode orbit sekitar 248 tahun Bumi, dan karena kemiringan orbitnya, ia menghabiskan sekitar 20 tahun dari setiap orbitnya lebih dekat ke Matahari daripada Neptunus. Orbit yang tidak biasa ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan perdebatan tentang status planetnya.

Selain itu, Pluto memiliki lima bulan yang diketahui: Charon, Nix, Hydra, Kerberos, dan Styx. Charon adalah yang terbesar, dengan diameter hampir setengah dari Pluto sendiri. Faktanya, sistem Pluto-Charon sering dianggap sebagai sistem planet ganda karena ukuran relatif Charon yang besar dibandingkan dengan Pluto.

Karakteristik Pluto

Ciri-ciri terpenting Pluto adalah sebagai berikut:

  • Ia memiliki diameter 2.370 km kurang dari seperlima diameter Bumi, dan hanya sekitar dua pertiga lebih besar dari bulan Bumi.
  • Ia memiliki pegunungan yang tingginya mencapai 3.500 meter, mirip dengan Pegunungan Rocky di Bumi.
  • Para ilmuwan menduga gunung-gunung tersebut terbentuk di atas batuan dasar air es.
  • Permukaannya ditutupi oleh es metana.
  • Ia memiliki medan punggung bukit beku yang sangat mirip dengan kulit ular.
  • Ia memiliki karakteristik yang mirip dengan lereng bumi, atau ciri-ciri yang terbentuk akibat erosi di daerah pegunungan.
  • Ia memiliki wilayah besar berbentuk hati yang dikenal secara tidak resmi sebagai Tombaugh.
  • Ia memiliki dataran beku sepanjang beberapa kilometer, sejajar dengan arah yang sama.
  • Permukaan Pluto adalah salah satu tempat terdingin di tata surya, dengan suhu sekitar minus 225 derajat Celcius.

Sejarah

Pada tahun 1930, Clyde William Tombaugh dari Amerika menemukan Pluto. Tombaugh merupakan orang yang menggemari astronomi, namun karena kekurangan sumber daya ia belum dapat melanjutkan studi astronominya. Namun, ia dapat mulai bekerja di Observatorium yang didirikan oleh astronom Percival Lowell di Arizona, tempat ia membuat penemuannya. Penemuan ini membuat Tombaugh mendapatkan pengakuan besar dalam komunitas ilmiah dan beasiswa untuk melaksanakan studinya yang telah lama ditunggu-tunggu. Ia dianggap sebagai planet hingga tahun 2006 ketika Persatuan Astronomi Internasional memasukkannya ke dalam kategori planet katai.

Komposisi

Beberapa parameter Pluto menurut NASA adalah sebagai berikut:

Ini adalah planet yang mungkin terdiri dari campuran 70 persen batuan dan 30 persen air es. Dalam struktur internalnya, ia memiliki inti berbatu yang dikelilingi oleh mantel es air, dengan es yang lebih eksotik seperti metana, karbon monoksida, dan es nitrogen yang menutupi permukaannya.

Atmosfer Pluto

Planet ini terdiri dari metana, karbon monoksida yang membeku, dan nitrogen. Pengamatan New Horizons menunjukkan atmosfer Pluto terbentang hingga 1.600 km di atas permukaan planet kerdil tersebut.

Satelit

Pluto memiliki lima bulan: Charon, Styx, Nix, Kerberos dan Hydra, dengan Charon yang paling dekat dan Hydra yang paling jauh. Pada tahun 1978, para astronom menemukan bahwa ia memiliki bulan yang sangat besar, hampir setengah ukuran planet katai. Bulan ini diberi nama Charon, diambil dari nama iblis mitologis yang mengangkut jiwa ke dunia bawah dalam mitologi Yunani.

Baik Pluto maupun Charon mengorbit suatu titik di antara keduanya, mirip dengan orbit sistem bintang biner. Oleh karena itu, para ilmuwan menyebut Pluto dan Charon sebagai planet katai ganda, planet ganda, atau sistem biner.

Rotasi dan translasi

Jika kita membandingkan satu hari di Pluto, kita akan tahu bahwa itu terlalu lama dibandingkan dengan hari di Bumi. Periode rotasinya adalah 6,38721 hari Bumi. Suatu hari Pluto bertepatan dengan periode translasi satelitnya Charon, sedemikian rupa sehingga keduanya selalu muncul pada sisi yang sama.

Sehubungan dengan periode translasi, tahun Pluto atau periode sideris berlangsung selama 248,54 tahun Bumi. Jumlah ini sama dengan 90.777 hari Bumi dan 14.212 hari Plutonia. Kecepatan orbit rata-ratanya sangat lambat dan hanya 4,74 kilometer per detik.

Medan gaya

Sebenarnya tidak diketahui apakah Pluto memiliki medan magnet atau tidak. Beberapa ilmuwan percaya hal ini mungkin terjadi karena gaya pasang surut yang dihasilkan dari orbit gandanya dengan bulan Charon.

Suhu Pluto

Terletak pada jarak rata-rata dari Matahari sekitar 5.900.000.000 kilometer, Pluto dapat mencatatkan suhu minimum hingga -240 º C dan suhu maksimum hanya -218 º C.

Keingintahuan

Pada tahun 2006, planet ini diklasifikasikan ulang menjadi planet katai, sebuah perubahan yang secara luas dianggap oleh para ilmuwan sebagai penurunan peringkat yang dialami planet ini. Status planet Pluto telah menarik kontroversi dan memicu perdebatan di komunitas ilmiah dan masyarakat umum sejak saat itu. Pada tahun 2017, sebuah kelompok ilmiah yang mencakup anggota misi New Horizon mengusulkan definisi baru tentang planet berdasarkan “benda bulat di ruang angkasa yang lebih kecil dari bintang”.

Namanya diambil dari Venetia Burney dari Oxford, Inggris, yang berusia 11 tahun, yang menyarankan kepada kakeknya agar dunia baru dinamai menurut nama dewa dunia bawah Romawi. Kakeknya kemudian mewariskan nama tersebut ke Observatorium Lowell. Nama tersebut juga menghormati Percival Lowell, yang inisialnya merupakan dua huruf pertama Pluto.

Kontroversi Status Planet Pluto

Perdebatan seputar status Pluto sebagai planet adalah topik yang telah mengundang banyak diskusi dan kontroversi dalam komunitas astronomi. Sejak penemuannya pada tahun 1930 hingga tahun 2006, Pluto dianggap sebagai planet kesembilan dalam tata surya kita. Namun, penemuan objek-objek serupa di tepi luar tata surya memaksa para ilmuwan untuk meninjau kembali definisi planet.

Pada tahun 2006, Persatuan Astronomi Internasional (IAU) mengadopsi definisi formal pertama untuk istilah “planet”. Menurut definisi ini, sebuah benda langit harus memenuhi tiga kriteria untuk diklasifikasikan sebagai planet:

  1. Mengorbit Matahari
  2. Memiliki massa yang cukup untuk mencapai keseimbangan hidrostatik (bentuk hampir bulat)
  3. Telah “membersihkan lingkungan di sekitar orbitnya”

Pluto memenuhi dua kriteria pertama, tetapi gagal memenuhi kriteria ketiga karena orbitnya berpotongan dengan objek-objek lain di Sabuk Kuiper. Akibatnya, Pluto diklasifikasikan ulang sebagai “planet kerdil”, bersama dengan Ceres di sabuk asteroid dan Eris di Sabuk Kuiper.

Keputusan ini menimbulkan kontroversi yang cukup besar, dengan banyak ilmuwan dan anggota masyarakat umum yang menentang perubahan status Pluto. Namun, dari perspektif ilmiah, reklasifikasi ini mencerminkan pemahaman kita yang berkembang tentang tata surya dan objek-objek yang ada di dalamnya.

Keunggulan Pluto sebagai objek penelitian:

  • Memberikan wawasan unik tentang formasi dan evolusi tata surya
  • Menjadi prototipe untuk memahami objek-objek Sabuk Kuiper lainnya
  • Menantang pemahaman kita tentang aktivitas geologis di benda-benda kecil dan dingin

Langkah-langkah dalam eksplorasi Pluto:

  1. Penemuan oleh Clyde Tombaugh pada tahun 1930
  2. Penemuan Charon, bulan terbesar Pluto, pada tahun 1978
  3. Peluncuran misi New Horizons NASA pada tahun 2006
  4. Flyby bersejarah New Horizons pada tahun 2015, memberikan gambar dan data terperinci pertama tentang Pluto

Fitur-fitur kunci Pluto:

  • Ukuran kecil (lebih kecil dari bulan Bumi)
  • Orbit yang sangat elips dan miring
  • Permukaan es dengan komposisi yang kompleks
  • Sistem multi-bulan yang unik

FAQ

Apakah Pluto masih dianggap sebagai planet?

Tidak, sejak tahun 2006 Pluto telah diklasifikasikan ulang sebagai planet kerdil oleh Persatuan Astronomi Internasional (IAU). Namun, klasifikasi ini masih menjadi subjek perdebatan di kalangan ilmuwan.

Mengapa Pluto kehilangan status planetnya?

Pluto kehilangan status planetnya karena tidak memenuhi salah satu kriteria yang ditetapkan oleh IAU untuk definisi planet, yaitu “membersihkan lingkungan di sekitar orbitnya”. Orbit Pluto berpotongan dengan objek-objek lain di Sabuk Kuiper.

Apakah ada kemungkinan Pluto akan diklasifikasikan kembali sebagai planet di masa depan?

Meskipun ada beberapa ilmuwan yang mendukung reklasifikasi Pluto sebagai planet, saat ini tidak ada rencana resmi untuk mengubah statusnya. Namun, pemahaman kita tentang tata surya terus berkembang, jadi perubahan di masa depan tidak dapat dikesampingkan sepenuhnya.

Apa yang kita pelajari dari misi New Horizons ke Pluto?

Misi New Horizons NASA memberikan data dan gambar terperinci pertama tentang Pluto. Beberapa penemuan utama termasuk adanya “hati” es Pluto (Sputnik Planitia), gunung-gunung es air setinggi 4 km, dan bukti aktivitas geologis yang berkelanjutan.

Bagaimana Pluto diberi nama?

Nama Pluto diusulkan oleh Venetia Burney, seorang gadis berusia 11 tahun dari Oxford, Inggris. Nama ini diambil dari dewa dunia bawah dalam mitologi Romawi, mencerminkan sifat gelap dan jauh dari benda langit ini.

Referensi:

  1. NASA. (2021). “Pluto: In Depth”. Solar System Exploration
  2. International Astronomical Union. (2006). “Resolution B5: Definition of a Planet in the Solar System”. IAU Resolutions
  3. Stern, S. A., et al. (2015). “The Pluto system: Initial results from its exploration by New Horizons”. Science, 350(6258). DOI: 10.1126/science.aad1815
  4. Tombaugh, C. W. (1946). “The Search for the Ninth Planet, Pluto”. Astronomical Society of the Pacific Leaflets, 5, 73-80.
  5. Buie, M. W. (2021). “Pluto: The ‘Other’ Red Planet”. Annual Review of Astronomy and Astrophysics, 59, 203-261. DOI: 10.1146/annurev-astro-120920-010054

Artikel ini memberikan gambaran komprehensif tentang Pluto, dari sejarah penemuannya hingga karakteristik fisiknya yang unik dan kontroversi seputar statusnya sebagai planet. Dengan menggunakan sumber-sumber terpercaya dan terkini, kita telah menjelajahi berbagai aspek menarik dari dunia kecil yang misterius ini di ujung tata surya kita. Meskipun statusnya telah berubah, Pluto tetap menjadi objek yang menarik dan penting dalam studi astronomi, terus menantang pemahaman kita tentang tata surya dan benda-benda langit yang ada di dalamnya.

Related Posts