Laporan laba rugi dalam persentase

Laporan laba rugi dalam persentase adalah hasil dari menyatakan setiap massa aset dalam laporan laba rugi sebagai persentase dari total penjualan.

Dalam menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan perlu dilakukan perbandingan dengan perusahaan lain di sektor tersebut. Perbandingan ini akan sangat membantu kita dalam menentukan daya tarik perusahaan yang dianalisis. Masalah dengan perbandingan adalah bahwa mungkin ada perbedaan besar antara perusahaan berdasarkan ukurannya (volume penjualan yang berbeda, metode amortisasi yang berbeda atau pendapatan / pengeluaran keuangan yang berbeda, untuk menyebutkan beberapa contoh).

Menggunakan laporan laba rugi sebagai persentase dari total penjualan akan membantu kita menetralisir pengaruh skala yang berbeda antar perusahaan. Oleh karena itu, laporan laba rugi yang dinyatakan sebagai persentase memungkinkan kita untuk membuat perbandingan yang lebih baik antara perusahaan di sektor yang sama dengan merelatifkan angka untuk setiap massa aset berdasarkan total penjualan.

Contoh laporan laba rugi dalam persentase

Di bawah ini adalah neraca untuk perusahaan X dan perusahaan Y, baik dalam nilai absolut maupun sebagai persentase.

Perusahaan X

%

Perusahaan Y

%

Pendapatan biasa

20.000

100%

48,000

100%

Biaya kompensasi karyawan

6.000

30%

13.500

28%

Amortisasi

2.500

13%

8.200

17%

Konsumsi bahan baku

1.000

5%

2.000

4%

Hasil eksploitasi

10.500

53%

24.300

51%

Pendapatan finansial

1.500

8%

1.200

3%

Pengeluaran keuangan

800

4%

7.000

limabelas%

Laba sebelum pajak (BAI)

11.200

56%

18.500

39%

Beban pajak penghasilan

3.000

limabelas%

800

2%

Hasil latihan

8.200

41%

17.700

37%

Kesimpulan yang ditarik ketika menyatakan laporan laba rugi sebagai persentase

Bergantung pada apakah kita melihat angka-angka dalam nilai absolut atau sebagai persentase, kita dapat menarik kesimpulan yang berbeda. Berikut adalah beberapa contohnya.

Pendapatan operasional: Secara absolut, perusahaan Y memiliki pendapatan operasional yang jauh lebih tinggi daripada perusahaan X (24.300 dibandingkan dengan 10.500). Namun, ketika melihat angka-angka sebagai persentase, kita melihat bahwa hasil perusahaan X sedikit lebih tinggi daripada perusahaan Y (53% versus 51%). Hal ini terutama disebabkan oleh tingkat pembayaran yang lebih rendah.

Laba sebelum pajak: Sekali lagi, secara absolut, perusahaan Y memiliki hasil yang lebih besar (18.500 vs. 11.200), tetapi dalam persentase adalah perusahaan X yang memiliki hasil yang lebih baik (56% vs. 39%). Ini terutama untuk pengeluaran keuangan. Perusahaan Y dapat membiayai proyek dengan masalah utang dan akibatnya memiliki beban bunga yang lebih tinggi. Oleh karena itu, ini akan membebani keuntungan Anda sebelum pajak.

Hasil latihan: Lagi-lagi kasus yang sama. Perusahaan Y memiliki laba tahun berjalan yang lebih tinggi daripada perusahaan X (17.700 berbanding 8.200), tetapi secara relatif kebalikannya adalah benar (41% berbanding 37%). Jika dicermati, ternyata selisih keduanya (dalam persentase) tidak lagi sebesar dengan laba sebelum pajak. Hal ini karena perusahaan X memiliki beban pajak yang lebih tinggi dari perusahaan Y (15% vs 2%). Namun, perusahaan X akhirnya memiliki laba yang sedikit lebih tinggi untuk tahun ini sebagai persentase penjualan daripada perusahaan Y.