Ketika kita berbicara tentang empirisme, kita memasuki dunia filsafat yang menarik dan berpengaruh. Empirisme adalah sebuah aliran pemikiran yang menekankan pentingnya pengalaman dan observasi dalam memperoleh pengetahuan. Mari kita jelajahi lebih dalam tentang konsep yang telah membentuk cara kita memahami dunia ini.
Pendahuluan
Sebaliknya, empirisme berpendapat bahwa pikiran kita pada awalnya adalah “tabula rasa” atau kertas kosong, yang kemudian diisi oleh pengalaman dan observasi.
Apa itu empirisme
Empirisme dikenal sebagai gerakan filosofis yang mempercayai pengalaman manusia sebagai satu-satunya yang bertanggung jawab atas pembentukan ide dan konsep yang ada di dunia.
Empirisme adalah doktrin filosofis dan epistemologis yang menyinggung bahwa semua pengetahuan yang dimiliki atau diperoleh manusia adalah produk pengalaman, baik internal maupun eksternal, dan karenanya dilihat sebagai konsekuensi dari indra.
Dengan demikian, empirisme menyangkal kebenaran absolut dapat diakses oleh manusia, karena ia harus merenungkannya, dan dari pengalaman dapat diperoleh dengan tegas jika itu benar, atau sebaliknya, memperbaikinya, memodifikasinya atau meninggalkannya. Pengetahuan empiris terdiri dari segala sesuatu yang diketahui tanpa memiliki pengetahuan ilmiah, misalnya: diketahui bahwa api menyala karena pengalaman itu telah dialami.
Dalam pertimbangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah dasar, asal, dan batas pengetahuan. Oleh karena itu, bagi empirisme, pengetahuan hanya diakui jika disetujui oleh pengalaman yang menjadi dasar pengetahuan sebagaimana telah disebutkan.
Istilah empirisme muncul pada Zaman Modern, pada abad ke-17 dan ke-18, di Inggris Raya, sebagai konsekuensi dari kecenderungan filosofis yang berasal dari Abad Pertengahan. Ahli teori pertama yang membahas doktrin empirisme adalah filsuf Inggris John Locke (1632-1704), yang berpendapat bahwa pikiran manusia adalah “batu tulis kosong”, atau gagal, “batu tulis kosong”, di mana kesan eksternal, untuk yang keberadaan ide-ide lahir tidak diakui, atau pengetahuan universal.
Namun, selain John Locke, ada penulis Inggris lain yang menonjol dalam pembentukan konsep empirisme, seperti: Francis Bacon yang menunjukkan pentingnya penalaran induktif daripada penalaran deduktif, Hobbes menunjukkan bahwa asal usul pengetahuan adalah produk dari pengalaman indrawi, dan Hume menunjukkan bahwa gagasan didasarkan pada suksesi kesan atau persepsi.
Sementara itu, Aristoteles, seorang murid Plato -rasionalis-, sangat menghargai pengalaman dalam pengetahuan, karena hal-hal material dapat diketahui melalui empiris, tetapi ia juga menunjukkan alasan itu penting untuk menemukan penyebab dan menarik kesimpulan. Dapat dikatakan kesempurnaan bagi filosof Yunani Kuno adalah penyatuan adalah pengetahuan tentang pengalaman tersebut bersama dengan refleksi.
Akhirnya, istilah empiris adalah kata sifat yang mengulas sesuatu yang didasarkan pada praktik, pengalaman, dan pengamatan fakta. Demikian juga, istilah tersebut mengacu pada setiap pengikut empirisme individu.
Lihat juga
- Empiris.
- Positivisme.
- metode empiris
Akar Historis Empirisme
Untuk memulai, mari kita telusuri akar historis empirisme. Meskipun konsep ini dapat ditelusuri kembali ke filsuf Yunani kuno, empirisme modern mulai berkembang pada abad ke-17 dan ke-18 di Inggris. Tokoh-tokoh seperti John Locke, George Berkeley, dan David Hume memainkan peran penting dalam mengembangkan dan mempopulerkan gagasan empirisme.
John Locke, yang sering disebut sebagai “Bapak Liberalisme,” adalah salah satu pendukung utama empirisme. Dalam karyanya “An Essay Concerning Human Understanding” (1689), Locke berpendapat bahwa pikiran manusia pada saat lahir adalah “tabula rasa” dan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman. Gagasan ini menantang pemikiran rasionalis yang dominan pada masa itu, yang menyatakan bahwa beberapa ide atau pengetahuan adalah bawaan.
Prinsip-prinsip Utama Empirisme
Salah satu aspek penting yang perlu dipertimbangkan adalah prinsip-prinsip utama empirisme. Empirisme didasarkan pada beberapa prinsip kunci yang membedakannya dari aliran filsafat lainnya:
- Pengalaman sebagai Sumber Pengetahuan: Empirisme menegaskan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi. Ini berarti bahwa kita hanya dapat mengetahui sesuatu jika kita telah mengalaminya secara langsung atau tidak langsung melalui indra kita.
- Penolakan terhadap Pengetahuan A Priori: Empirisme menolak gagasan bahwa ada pengetahuan yang dapat diketahui secara independen dari pengalaman (pengetahuan a priori). Semua pengetahuan, menurut empirisme, adalah a posteriori, atau berdasarkan pengalaman.
- Induksi sebagai Metode: Empirisme menekankan pentingnya metode induktif dalam memperoleh pengetahuan. Ini melibatkan pengamatan terhadap kasus-kasus individual untuk membuat kesimpulan umum.
- Skeptisisme terhadap Metafisika: Banyak empiris cenderung skeptis terhadap klaim metafisik yang tidak dapat diverifikasi melalui pengalaman indrawi.
Empirisme logis
Empirisme logis atau rasional, juga dikenal sebagai neopositivisme atau positivisme logis, muncul selama sepertiga pertama abad ke-20, oleh kelompok ilmiah dan filsuf yang membentuk Lingkaran Wina, mengembangkan empirisme logis sebagai aliran filosofis yang menetapkan pentingnya pembuktian filosofis secara ilmiah. makna.
Selain perhatian utama gerakan filosofis tersebut, pengembangan atau penggunaan bahasa nyata yang mengungkapkan fenomena fisik atau fisik yang dapat ditangkap secara indrawi.
Dampak Empirisme pada Ilmu Pengetahuan
Bidang kritis yang perlu ditelaah adalah dampak empirisme pada perkembangan ilmu pengetahuan. Empirisme telah memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk metode ilmiah modern. Penekanannya pada observasi, eksperimen, dan bukti empiris telah menjadi landasan bagi kemajuan ilmiah yang luar biasa sejak Revolusi Ilmiah.
Metode ilmiah, yang merupakan pendekatan sistematis untuk penyelidikan ilmiah, sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip empirisme. Langkah-langkah dalam metode ilmiah – observasi, hipotesis, eksperimen, analisis data, dan kesimpulan – mencerminkan penekanan empirisme pada pengalaman dan bukti yang dapat diverifikasi.
Dampak empirisme pada ilmu pengetahuan dapat dilihat dalam berbagai disiplin ilmu. Dalam fisika, misalnya, teori-teori harus didukung oleh bukti eksperimental. Dalam biologi, observasi dan eksperimen menjadi kunci untuk memahami proses-proses kehidupan. Bahkan dalam ilmu-ilmu sosial, metode empiris seperti survei dan studi observasional telah menjadi alat penting untuk memahami perilaku manusia dan fenomena sosial.
Kritik dan Tantangan terhadap Empirisme
Poin signifikan lainnya adalah kritik dan tantangan yang dihadapi empirisme. Meskipun empirisme telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran filosofis, aliran ini juga tidak luput dari kritik.
Salah satu kritik utama terhadap empirisme adalah bahwa ia terlalu membatasi sumber pengetahuan hanya pada pengalaman indrawi. Kritikus berpendapat bahwa ada bentuk-bentuk pengetahuan lain, seperti intuisi atau penalaran logis, yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh pengalaman.
Tantangan lain datang dari perkembangan dalam fisika modern, terutama mekanika kuantum. Beberapa fenomena kuantum tampaknya menantang asumsi-asumsi dasar empirisme tentang realitas dan pengamatan.
Selain itu, ada perdebatan tentang sejauh mana pengalaman kita dapat diandalkan. Ilusi optik dan kesalahan persepsi lainnya menunjukkan bahwa indra kita tidak selalu memberikan gambaran yang akurat tentang realitas.
Empirisme dan rasionalisme
Berbeda dengan empirisme, muncullah rasionalisme, yang menurut pengetahuan ini dicapai dengan penggunaan akal, pandangan ini menjadi satu-satunya fakultas yang menuntun manusia pada pengetahuan tentang kebenaran. Dalam pengertian ini, rasionalisme menentang informasi yang diperoleh melalui indera karena ini dapat menyesatkan, dan karena itu, memberikan informasi yang salah kepada individu.
Rasionalisme adalah gerakan filosofis yang muncul di Eropa pada abad ke-17 dan ke-18.
Lihat juga: Rasionalisme dan 11 Aliran Filsafat Terpenting.
Empirisme dan kritik
Kritik adalah doktrin epistemologis yang dikembangkan oleh filsuf Immanuel Kant, dianggap sebagai posisi perantara antara Dogmatisme dan Skeptisisme yang menolak semua pernyataan yang tidak dianalisis, tanpa dasar atau alasan untuk mencapai kebenaran.
Empirisme dan nativisme
Nativisme adalah aliran pemikiran filosofis yang menetapkan bahwa pengetahuan itu bawaan, yaitu individu sejak lahir sudah memiliki pengetahuan tertentu. Berdasarkan hal tersebut, para pengikut arus ini menegaskan bahwa individu harus menerima rangsangan agar segala pengetahuan atau gagasan yang ada dapat dikembangkan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Empirisme dalam psikologi
Psikologi, karena fungsi dan tujuannya, para spesialis kuno dan orang-orang pada masa itu memusatkan perhatian bahwa ia harus dibimbing oleh pengalaman, dan oleh persepsi, karena objek psikologi harus diberikan pada pengalaman, terutama perilaku subjek dan bukan pada perilaku subjek. pikiran, karena keadaan mental tidak relevan untuk memperhitungkan sikap atau perilaku individu yang diteliti.
Semua ini karena perilaku individu bergantung pada pengaruh di lingkungan eksternal, dan bukan pada karakter internal atau bawaan, yang oleh para spesialis sangat mementingkan pengalaman, pembelajaran, dan terutama pada sifat dan perilaku organisme, dan manusia.
Lihat juga: Apa itu pengetahuan empiris
Keunggulan Empirisme:
- Memberikan dasar yang kuat untuk penyelidikan ilmiah
- Mendorong sikap skeptis dan kritis terhadap klaim pengetahuan
- Menekankan pentingnya bukti dan verifikasi
Langkah-langkah Penerapan Metode Empiris:
- Observasi fenomena
- Formulasi hipotesis
- Perancangan dan pelaksanaan eksperimen
- Analisis data
- Penarikan kesimpulan
Fitur Utama Empirisme:
- Penekanan pada pengalaman indrawi
- Penolakan terhadap pengetahuan bawaan
- Penggunaan metode induktif
- Skeptisisme terhadap klaim metafisik
FAQ
Apa itu empirisme?
Empirisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi. Ini menolak gagasan bahwa ada pengetahuan bawaan dan menekankan pentingnya observasi dan eksperimen dalam memperoleh pemahaman tentang dunia.
Bagaimana empirisme berbeda dari rasionalisme?
Empirisme berbeda dari rasionalisme dalam hal sumber pengetahuan. Sementara empirisme menekankan pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan, rasionalisme berpendapat bahwa beberapa pengetahuan dapat diperoleh melalui penalaran dan intuisi, independen dari pengalaman.
Siapa tokoh-tokoh penting dalam empirisme?
Beberapa tokoh penting dalam empirisme termasuk John Locke, George Berkeley, dan David Hume. Locke dikenal sebagai “Bapak Empirisme,” Berkeley mengembangkan idealisme subjektif, dan Hume membawa empirisme ke tingkat skeptisisme yang lebih radikal.
Apa dampak empirisme pada ilmu pengetahuan?
Empirisme memiliki dampak besar pada perkembangan ilmu pengetahuan. Ia membentuk dasar metode ilmiah modern, menekankan pentingnya observasi, eksperimen, dan bukti empiris dalam penyelidikan ilmiah.
Apa kritik utama terhadap empirisme?
Kritik utama terhadap empirisme termasuk argumen bahwa ia terlalu membatasi sumber pengetahuan, mengabaikan peran penalaran dan intuisi, dan tidak dapat sepenuhnya menjelaskan beberapa konsep abstrak dalam matematika dan logika.
Dalam mengeksplorasi empirisme, kita telah melihat bagaimana aliran pemikiran ini telah membentuk cara kita memahami dunia dan melakukan penyelidikan ilmiah. Dari akar historisnya hingga dampaknya pada ilmu pengetahuan modern, empirisme terus menjadi topik yang relevan dan penting dalam diskusi filosofis dan ilmiah. Meskipun menghadapi tantangan dan kritik, prinsip-prinsip empirisme tetap menjadi landasan penting dalam pencarian kita akan pengetahuan dan pemahaman.
Referensi:
- Locke, J. (1689). An Essay Concerning Human Understanding.
- Hume, D. (1748). An Enquiry Concerning Human Understanding.
- Berkeley, G. (1710). A Treatise Concerning the Principles of Human Knowledge.
- Markie, P. (2017). “Rationalism vs. Empiricism”, The Stanford Encyclopedia of Philosophy.
- Woolhouse, R.S. (1988). The Empiricists. Oxford University Press.
- Ladyman, J. (2002). Understanding Philosophy of Science. Routledge.
- Cottingham, J. (1988). The Rationalists. Oxford University Press.
- Dunbar, K. (1995). “How scientists really reason: Scientific reasoning in real-world laboratories”. In R.J. Sternberg & J. Davidson (Eds.), The nature of insight. MIT Press.