Taksonomi Bloom | Apa itu, ciri-ciri, kegunaannya, dimensi

Ketika berbicara tentang pendidikan dan proses pembelajaran, ada satu nama yang selalu muncul dan menjadi acuan penting: Taksonomi Bloom. Kerangka pembelajaran ini telah mengubah cara kita memahami dan merancang proses belajar-mengajar selama lebih dari enam dekade. Mari kita jelajahi lebih dalam tentang apa itu Taksonomi Bloom, bagaimana penerapannya, dan mengapa hal ini masih relevan dalam dunia pendidikan modern.

Pendahuluan

Taksonomi Bloom, yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog pendidikan Benjamin Bloom pada tahun 1956, adalah sebuah kerangka untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan ke dalam tingkatan kompleksitas dan spesifisitas. Kerangka ini tidak hanya membantu pendidik dalam merancang kurikulum dan penilaian yang efektif, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam tentang proses berpikir dan pembelajaran manusia.

Dalam bidang pendidikan, pendidik Benjamin Bloom pada tahun 1956 memaparkan teori keterampilan berpikir yang diberi judul Taksonomi Bloom. Ini menggambarkan kesulitan yang dihadapi pikiran untuk pembelajaran yang sempurna dan komprehensif ketika melalui beberapa fase. Oleh karena itu, ia mengatur pengajaran ke dalam tingkatan kognitif, dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks.

Apa itu taksonomi Bloom?

Taksonomi Bloom merupakan klasifikasi tujuan pendidikan yang banyak digunakan di lingkungan sekolah. Banyak guru menganggap ideal untuk menilai tingkat kognitif yang diperoleh siswanya. Hal ini didasarkan pada tiga bidang evaluasi: Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Penciptanya menghitung dan menetapkan pengajaran untuk menyederhanakan pekerjaan pendidik ketika merencanakan.

Asal Usul dan Perkembangan Taksonomi Bloom

Untuk memulai, mari kita telusuri asal usul Taksonomi Bloom. Benjamin Bloom, bersama dengan rekan-rekannya di Universitas Chicago, mengembangkan taksonomi ini sebagai cara untuk mengategorikan dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Awalnya, taksonomi ini terdiri dari tiga domain: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Namun, domain kognitif yang paling banyak digunakan dan dikembangkan lebih lanjut.

Penting untuk dicatat bahwa Taksonomi Bloom telah mengalami revisi sejak pertama kali diperkenalkan. Pada tahun 2001, sekelompok ahli pendidikan yang dipimpin oleh Lorin Anderson, mantan murid Bloom, melakukan revisi terhadap domain kognitif. Revisi ini mengubah kata benda dalam kategori asli menjadi kata kerja dan sedikit mengubah urutan kategori. Perubahan ini bertujuan untuk membuat taksonomi lebih relevan dengan praktik pendidikan modern dan menekankan pada tindakan aktif dalam proses pembelajaran.

Memahami Hierarki Taksonomi Bloom

Salah satu aspek penting yang perlu dipertimbangkan adalah struktur hierarkis Taksonomi Bloom. Taksonomi ini terdiri dari enam tingkatan yang disusun dari tingkat terendah (paling sederhana) hingga tingkat tertinggi (paling kompleks). Setiap tingkat membangun di atas tingkat sebelumnya, menciptakan sebuah kerangka yang komprehensif untuk memahami proses berpikir dan pembelajaran.

Berikut adalah enam tingkatan dalam Taksonomi Bloom yang direvisi, dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi:

  1. Mengingat: Kemampuan untuk mengingat atau mengingat kembali informasi yang telah dipelajari.
  2. Memahami: Kemampuan untuk menjelaskan ide atau konsep.
  3. Menerapkan: Kemampuan untuk menggunakan informasi dalam situasi baru.
  4. Menganalisis: Kemampuan untuk memecah informasi menjadi bagian-bagian untuk memahami hubungan antar bagian.
  5. Mengevaluasi: Kemampuan untuk membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu.
  6. Mencipta: Kemampuan untuk menghasilkan ide atau produk baru.

Memahami hierarki ini penting bagi para pendidik untuk merancang pembelajaran yang efektif dan menyeluruh, memastikan bahwa siswa tidak hanya mengingat informasi, tetapi juga dapat menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan akhirnya menciptakan sesuatu yang baru dari apa yang telah mereka pelajari.

Penerapan Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran

Penerapan Taksonomi Bloom dalam proses pembelajaran merupakan aspek kritis yang perlu ditelaah lebih lanjut. Taksonomi ini bukan hanya sebuah teori abstrak, melainkan alat praktis yang dapat digunakan oleh pendidik untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran.

Dalam merancang kurikulum dan rencana pembelajaran, pendidik dapat menggunakan Taksonomi Bloom sebagai panduan untuk memastikan bahwa mereka mencakup berbagai tingkat pemikiran. Misalnya, seorang guru sejarah tidak hanya meminta siswa untuk mengingat tanggal-tanggal penting (tingkat mengingat), tetapi juga menganalisis penyebab peristiwa sejarah (tingkat menganalisis) dan mengevaluasi dampaknya terhadap masyarakat modern (tingkat mengevaluasi).

Selain itu, Taksonomi Bloom juga sangat berguna dalam merancang penilaian. Dengan menggunakan taksonomi ini, pendidik dapat membuat pertanyaan atau tugas yang menguji berbagai tingkat pemahaman siswa. Ini membantu dalam menciptakan penilaian yang lebih komprehensif dan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kemampuan siswa.

Relevansi Taksonomi Bloom di Era Digital

Seiring perkembangan teknologi dan perubahan lanskap pendidikan, muncul pertanyaan tentang relevansi Taksonomi Bloom di era digital. Namun, banyak ahli pendidikan berpendapat bahwa kerangka ini masih sangat relevan dan bahkan menjadi semakin penting.

Di era informasi yang berlimpah, kemampuan untuk tidak hanya mengingat fakta, tetapi juga menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan informasi baru menjadi semakin krusial. Taksonomi Bloom memberikan kerangka yang berguna untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi ini.

Selain itu, beberapa ahli telah mengadaptasi Taksonomi Bloom untuk era digital. Misalnya, Andrew Churches mengembangkan “Taksonomi Bloom Digital” yang menggabungkan keterampilan digital dengan tingkatan berpikir Bloom. Ini menunjukkan fleksibilitas dan adaptabilitas kerangka Bloom dalam menghadapi perubahan lanskap pendidikan.

Keuntungan menggunakan Taksonomi Bloom:

  • Memberikan struktur yang jelas untuk merancang pembelajaran
  • Membantu dalam pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi
  • Memfasilitasi penilaian yang komprehensif
  • Dapat diadaptasi untuk berbagai konteks pembelajaran

Langkah-langkah menerapkan Taksonomi Bloom dalam pembelajaran:

  1. Identifikasi tujuan pembelajaran
  2. Tentukan tingkat kognitif yang sesuai untuk setiap tujuan
  3. Rancang aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kognitif
  4. Kembangkan penilaian yang mengukur berbagai tingkat pemahaman
  5. Evaluasi dan sesuaikan pendekatan berdasarkan hasil penilaian

Fitur utama Taksonomi Bloom:

  • Hierarki tingkatan berpikir
  • Fokus pada proses kognitif
  • Fleksibilitas dalam penerapan
  • Kemampuan untuk diadaptasi ke berbagai konteks pendidikan

Ciri-ciri Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom dicirikan oleh:

  • Ini merupakan sumber yang rumit untuk mengurutkan tujuan dalam proposisi pendidikan.
  • Dinyatakan bahwa pembelajaran dilaksanakan pada tiga tingkatan: kognitif, afektif dan psikomotorik.
  • Ini mengusulkan serangkaian tingkatan untuk menjamin pengajaran yang bermakna dan bertahan lama bagi guru. Tingkatannya adalah: Mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
  • Kelompok atau taksa yang dikelompokkan disusun secara hierarkis. Masing-masing mencakup subgrup yang tetap dan bergantung pada himpunan pendahulunya. Dengan demikian, kelompok yang lebih tinggi tidak dapat dicapai tanpa terlebih dahulu mencapai kelompok yang lebih rendah.
  • Menyoroti bahwa, untuk melaksanakan perencanaan yang baik, wajib memperhatikan hal-hal berikut: Jelas tentang bidang pengajaran, menguraikan tujuan secara akurat, menggunakan alat evaluasi yang sesuai dan menetapkan tugas yang akan dilaksanakan.

Untuk apa?

Cukup berguna dan valid untuk menetapkan tujuan pembelajaran bagi siswa dan melancarkan proses belajar-mengajar. Harapannya, ilmu yang diperoleh siswa memungkinkan mereka mengembangkan kualitas yang berguna untuk memecahkan komplikasi dan menciptakan pengetahuan baru.

Oleh karena itu, metode apa pun yang didasarkan pada taksonomi Bloom tidak sekadar berupaya menghafal atau memahami isinya.

Ukuran

Taksonomi tersebut memperlihatkan tiga dimensi yang disebut: Dimensi Kognitif, Dimensi Afektif, dan Dimensi Psikomotor.

  • Dimensi kognitif: Mewakili kemampuan untuk fokus pada peristiwa. Kekuatan tingkat ini telah sedikit berubah sejak munculnya Taksonomi Bloom.
  • Dimensi afektif: Mempertimbangkan persiapan yang digunakan untuk memahami emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Hal ini terkait dengan keterampilan seperti empati, pengelolaan emosi dan pertukaran perasaan.
  • Dimensi psikomotor: Keahlian dalam alat manuver fisik dipelajari. Oleh karena itu, tujuan psikomotor berkaitan dengan mempelajari praktik baru.

Tingkat

Setiap dimensi yang disebutkan di atas membentuk rangkaian tingkatan, yang kompleksitasnya semakin meningkat.

  • Dimensi kognitif: Di sini referensi dibuat untuk bidang intelektual siswa. Ini mengembangkan enam tingkatan untuk dipertimbangkan: Pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
  • Dimensi Afektif: Ada 5 level dalam domain ini, dinilai dari yang sederhana hingga yang paling rumit: Penerimaan, respon, penilaian, pengorganisasian dan karakterisasi.
  • Dimensi psikomotor: Meskipun Bloom tidak menciptakan level untuk domain psikomotorik ini. Penulis lain membaginya menjadi: Persepsi, disposisi, respons yang diawasi dan kompleks, mekanisme, adaptasi dan kreasi.

Tujuan Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom pada awalnya dibuat untuk menguraikan tujuan tertentu yang berguna untuk membantu siswa membangun pengetahuan dengan lebih mudah. Ini digunakan untuk membangun tujuan umum Kursus dan tujuan khusus setiap pelajaran. Prosedur yang harus diikuti adalah sebagai berikut:

Dimulai dengan menetapkan tujuan subjek. Karena luasnya, disarankan untuk memilih antara 3 atau 5. Mungkin sulit untuk mengukurnya karena berkaitan dengan keseluruhan ringkasan kursus.

Selanjutnya dipilih tujuan kelas yang harus dikaitkan dengan tujuan umum. Artinya, jika pembelajaran diberikan maka tujuan umum tercapai.

Sehubungan dengan tujuan pembelajaran, mereka dievaluasi sepanjang kursus. Untuk menciptakan hal tersebut, instruktur harus berpindah dari zona yang lebih rendah ke zona yang lebih tinggi. Ketika memilih tujuan yang akan memfasilitasi pengajaran pelajar, tabel kata kerja taksonomi harus digunakan.

Penciptaan tujuan

Pemilihan tujuan harus berkaitan dengan suatu tujuan yang dapat berubah tergantung subjek yang menetapkannya. Oleh karena itu, ada parameter yang memudahkan pencapaiannya seperti: Menetapkan urutan, tujuan umum dan tujuan khusus; memiliki kata kerja dalam infinitif, ditambah isinya. Dari segi teks diulas konsep, landasan, proses dan kualitasnya.

Piramida

Dalam klasifikasi domain pembelajarannya, Bloom menampilkan hierarki tujuan pelatihan yang ingin dicapai siswa. Dalam hierarki ini dibedakan tiga tingkatan atau domain: Kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari sinilah piramida taksonomi Bloom lahir.

Piramida dimulai dari dasar hingga ke atas, dengan kata kerja atau tujuan sebagai berikut: Mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Siswa tidak akan dapat mencapai kompetensi yang lebih tinggi tanpa terlebih dahulu menguasai kompetensi yang berada dibawahnya.

Tabel kata kerja

Taksonomi Bloom mengalami pembaruan dan pertimbangan, yang menghasilkan perubahan yang tepat: Mengganti penggunaan kata benda dengan kata kerja. Dengan demikian lahirlah tabel kata kerja yang berkorelasi dengan pengucapan setiap tujuan pendidikan. Mereka biasanya digunakan dalam domain kognitif dan levelnya. Di bawah ini adalah beberapa contoh yang dapat digunakan dalam mengembangkan tujuan.

  • Kata kerja untuk tujuan umum: Mengumpulkan, memeriksa, membimbing, membedakan, menghitung, mengkategorikan, membandingkan, merumuskan, menyimpulkan, memeriksa, membentuk, mengidentifikasi, mengkritik, menentukan, mengekspos, membedakan, memperkenalkan, membuktikan.
  • Kata kerja untuk tujuan tertentu: Membandingkan, memperhatikan, membedakan, memperkuat, menghitung, merumuskan, mengidentifikasi, menentukan, memperkirakan, memperdebatkan, memeriksa, menjelaskan, membagi, membedakan, memenuhi syarat, mengkategorikan, membedakan, membuktikan, membagi.

kritikus

Saat ini, teori ini tetap menjadi sumber fundamental. Namun, meski digunakan sebagai karya yang efektif di kelas, kritik bermunculan di era digital dan teknologi. Hal yang sama terjadi karena penelitian jiwa. Beberapa dari mereka:

  • Hal ini didasarkan pada inisiasi perilaku psikologi dari awal abad.
  • Muncul dengan revolusi ilmu kognitif, abad ke-20, lebih dari 60 tahun. Hal ini menyiratkan adanya persepsi baru dan teknologi modern yang berbenturan dengan konsep lama.
  • Mengembangkan segmentasi kurikulum dengan ketidakakuratan dalam konsep tujuan pedagogi. Pada awalnya, guru menekankan pada menghafal seluruh kurikulum, dibandingkan memahami atau menerapkan ilmu.
  • Menganggap pendidikan sebagai sesuatu yang mapan dan mekanistik, mendorong homogenitas dan ketidakaktifan.
  • Salah jika menganggap taksonomi sebagai teori pembelajaran untuk menjelaskan bagaimana manusia belajar. Ini untuk merencanakan dan mengevaluasi, bukan untuk menjelaskan.
  • Ketika topik memori dibahas, topik tersebut dirinci seolah-olah itu adalah satu memori. Ilmu saraf mengidentifikasi beberapa jenis: Memori langsung, memori kerja, dan memori jangka panjang.

Pentingnya

Ini adalah alat yang dianggap penting dalam desain strategi pembelajaran. Hal ini sangat menentukan dalam mengatur dan memahami perkembangan ilmu pengetahuan. Apalagi jika berfokus pada dimensi kognitif yang diberdayakan untuk menyalurkan informasi, persiapan, dan keterampilan otak.

Hal ini juga penting karena melalui struktur hierarkinya memberikan jalan bagi siswa untuk mencapai cita-cita pendidikannya. Saat merencanakan pengalaman mengajar mereka, guru harus mempertimbangkan hierarki ini. Ketika menyelenggarakan berbagai kegiatan, kemajuan dari satu tingkat ke tingkat lainnya harus diperbolehkan hingga mencapai tingkat tertinggi.

Contoh

Untuk menulis tujuan, ikuti langkah-langkah berikut:

  • Kata kerja infinitif harus digunakan terlebih dahulu. Setelah kata kerja, pertanyaannya harus ditanyakan: Benda apa + kata kerja? Contoh: Apa yang harus dianalisis?
  • Dengan cara ini objek penggunaan kata kerja itu didefinisikan. Misalkan jawabannya adalah Prestasi Akademik. Tindakan tersebut sekarang harus ditentukan. Anda harus bertanya pada diri sendiri: Bagaimana caranya? Contoh: Bagaimana kita akan menganalisis kinerja akademik?
  • Akhirnya, tujuan dari melakukan tindakan tersebut ditentukan, pertanyaan yang diajukan: Untuk tujuan apa? Contoh: Untuk tujuan apa menganalisis kinerja akademik?

Buku tentang Taksonomi Bloom

Ada berbagai macam buku yang membahas langsung teori ini dan buku lain yang berdasarkan teori tersebut untuk edisinya, sehingga kami memiliki judul seperti:

  • Evaluasi pembelajaran. Benjamin S. Bloom, J. Thomas Hastings, dan George F. Madaus.
  • Ruang lingkup afektif. Taksonomi tujuan Pendidikan. David R, Krathwohl, Benjamin S. Bloom dan Bertram B. Masla.
  • Taksonomi Baru Bloom. Diterapkan pada pengajaran Fisika. César Gualberto, Victoria Barros dan Miguel Ángel De la Cruz.
  • Evaluasi pembelajaran. Alternatif dan perkembangan baru. Blanca S. López dan Elsa M. Hinojosa.

FAQ

Apa itu Taksonomi Bloom?

Taksonomi Bloom adalah kerangka untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan ke dalam tingkatan kompleksitas dan spesifisitas. Dikembangkan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956, taksonomi ini terdiri dari enam tingkatan berpikir, mulai dari tingkat terendah (mengingat) hingga tingkat tertinggi (mencipta).

Bagaimana Taksonomi Bloom diterapkan dalam pembelajaran?

Taksonomi Bloom diterapkan dalam pembelajaran melalui perencanaan kurikulum, desain aktivitas pembelajaran, dan pengembangan penilaian. Pendidik menggunakan taksonomi ini untuk memastikan bahwa mereka mencakup berbagai tingkat pemikiran dalam pengajaran mereka, dari mengingat fakta sederhana hingga menciptakan ide-ide baru.

Apa manfaat menggunakan Taksonomi Bloom dalam pendidikan?

Manfaat menggunakan Taksonomi Bloom termasuk peningkatan kualitas pembelajaran, pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa, penilaian yang lebih komprehensif, dan kemampuan untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan berbagai tingkat kemampuan siswa.

Apakah Taksonomi Bloom masih relevan di era digital?

Ya, Taksonomi Bloom masih sangat relevan di era digital. Kerangka ini telah diadaptasi untuk mencakup keterampilan digital dan tetap menjadi alat yang berguna untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang diperlukan di era informasi.

Bagaimana Taksonomi Bloom berbeda dari metode pembelajaran lainnya?

Taksonomi Bloom berbeda dari metode pembelajaran lainnya karena fokusnya pada hierarki proses kognitif. Sementara banyak metode pembelajaran berfokus pada konten atau strategi pengajaran, Taksonomi Bloom memberikan kerangka untuk memahami dan mengembangkan proses berpikir siswa dari tingkat dasar hingga tingkat yang lebih kompleks.

Taksonomi Bloom telah menjadi salah satu kerangka paling berpengaruh dalam dunia pendidikan sejak diperkenalkan lebih dari 60 tahun yang lalu. Kerangka ini tidak hanya memberikan struktur yang jelas untuk merancang pembelajaran yang efektif, tetapi juga membantu pendidik dan siswa memahami proses berpikir dan pembelajaran dengan lebih baik. Meskipun telah mengalami revisi dan adaptasi, esensi Taksonomi Bloom tetap relevan dan penting dalam lanskap pendidikan yang terus berubah. Dengan memahami dan menerapkan Taksonomi Bloom, kita dapat terus meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan kompleks di masa depan.

Related Posts