Gunung Es: Pembentukan, Karakteristik, dan Dampaknya terhadap Ekosistem

Gunung es, atau yang sering disebut iceberg dalam bahasa Inggris, adalah massa besar es yang mengapung di permukaan laut setelah terlepas dari lapisan es atau gletser. Gunung es dapat ditemukan di lautan dekat kutub, terutama di daerah Arktik dan Antartika. Keberadaan gunung es memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem laut dan iklim bumi. Meskipun sebagian besar gunung es mengapung di permukaan laut, sekitar 90% volumenya berada di bawah air, membuatnya sulit dideteksi dan berbahaya bagi navigasi kapal.

Ilustrasi menunjukkan konsep gunung es
Ilustrasi menunjukkan konsep gunung es yang merupakan formasi besar es yang terbentuk dari penumpukan salju yang mengkompak menjadi lapisan es tebal. Dalam gambar terlihat gunung es yang mengambang di laut dengan potongan besar es yang mencuat di permukaan air. Gunung es merupakan fenomena alam yang indah dan penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan serta memberikan data penting tentang perubahan iklim.

Artikel ini membahas secara luas mengenai apa itu gunung es, bagaimana proses pembentukannya, karakteristik fisiknya, dampaknya terhadap ekosistem laut dan iklim, serta beberapa contoh gunung es terkenal dalam sejarah.


1. Pengertian Gunung Es

Gunung es adalah massa es besar yang mengapung di laut, yang terbentuk ketika bagian dari gletser atau lapisan es terpecah (proses ini disebut calving) dan jatuh ke lautan. Gunung es mengapung karena es memiliki densitas yang lebih rendah daripada air laut. Meskipun terlihat besar di permukaan, sebagian besar gunung es sebenarnya tersembunyi di bawah air, yang menjadikannya ancaman besar bagi kapal.

a. Karakteristik Gunung Es

Gunung es dapat bervariasi dalam ukuran, mulai dari yang relatif kecil hingga yang sangat besar. Ukuran mereka diklasifikasikan oleh Organisasi Hidrografi Internasional (International Hydrographic Organization) sebagai berikut:

  • Growler: Gunung es berukuran sangat kecil, dengan tinggi di atas air kurang dari 1 meter dan panjang kurang dari 5 meter.
  • Bergy Bits: Gunung es kecil dengan tinggi 1-5 meter dan panjang 5-15 meter.
  • Gunung Es Kecil: Tinggi 5-15 meter dan panjang 15-60 meter.
  • Gunung Es Sedang: Tinggi 15-30 meter dan panjang 60-120 meter.
  • Gunung Es Besar: Tinggi lebih dari 30 meter dan panjang lebih dari 120 meter.

Contoh:

  • Gunung es yang menenggelamkan Titanic pada tahun 1912 diperkirakan memiliki tinggi sekitar 100 kaki (30 meter) di atas permukaan air, tetapi volumenya jauh lebih besar di bawah permukaan.

2. Proses Pembentukan Gunung Es

Gunung es terbentuk dari gletser yang bergerak menuju laut. Di daerah kutub, gletser merupakan bagian dari lapisan es besar yang menutupi daratan. Saat gletser bergerak ke arah laut, bagian dari gletser tersebut bisa terlepas dan jatuh ke laut dalam proses yang disebut calving, menghasilkan gunung es.

a. Proses Calving

Calving adalah proses ketika sebagian dari gletser atau lapisan es terpecah dan menjadi gunung es. Proses ini bisa terjadi akibat tekanan internal es atau akibat erosi oleh air laut yang mencairkan bagian bawah gletser. Calving sering terjadi pada ujung gletser yang mencapai laut, terutama pada gletser pasang surut (glacier tidewater) yang berinteraksi langsung dengan air laut.

Contoh:

  • Larsen C Ice Shelf di Antartika mengalami peristiwa calving besar pada tahun 2017, yang menghasilkan gunung es raksasa dengan luas sekitar 5.800 km², atau hampir sebesar wilayah Bali.

b. Pembentukan Gunung Es di Arktik dan Antartika

Gunung es dapat terbentuk di kedua kutub bumi, namun ada perbedaan antara proses pembentukan gunung es di Arktik dan Antartika. Di Antartika, gunung es terbentuk ketika lapisan es raksasa yang menutupi benua itu runtuh ke laut. Sementara itu, di Arktik, gletser yang bergerak dari Greenland dan pulau-pulau sekitarnya biasanya menghasilkan gunung es.

Contoh:

  • Gunung es di Greenland terbentuk dari gletser yang mencair dan bergerak ke arah lautan, sebelum akhirnya terpecah menjadi gunung es yang mengapung di perairan Atlantik Utara.

3. Karakteristik Fisik Gunung Es

Gunung es memiliki beberapa karakteristik fisik yang membuatnya unik dan berbahaya, terutama bagi navigasi laut. Meskipun terlihat besar di atas permukaan, sebagian besar gunung es sebenarnya terendam di bawah air.

a. Proporsi Gunung Es di Atas dan di Bawah Air

Hanya sekitar 10% dari volume total gunung es yang terlihat di atas permukaan air, sedangkan 90% sisanya terendam di bawah air. Hal ini disebabkan oleh hukum Archimedes, di mana benda yang lebih ringan dari air akan mengapung, tetapi volume yang terendam akan lebih besar jika densitas benda tersebut mendekati densitas air.

Contoh:

  • Gunung es yang terlihat setinggi 30 meter di atas permukaan laut mungkin memiliki bagian bawah yang terendam hingga kedalaman 270 meter, menjadikannya berbahaya bagi kapal yang tidak menyadari ukuran sebenarnya.

b. Warna dan Struktur Gunung Es

Gunung es biasanya berwarna putih karena pantulan cahaya dari permukaan es yang tidak teratur. Namun, beberapa gunung es juga bisa tampak biru, yang disebabkan oleh kompresi es yang sangat padat, di mana hanya cahaya biru yang dapat menembusnya. Kadang-kadang, gunung es juga memiliki noda hijau atau coklat, yang berasal dari ganggang atau sedimen yang terperangkap di dalam es.

Contoh:

  • Gunung es biru yang terkenal adalah hasil dari proses kompresi es yang sangat padat, di mana es menyerap cahaya merah dan hijau, sehingga hanya cahaya biru yang dipantulkan ke pengamat.

c. Pecahan Gunung Es

Gunung es terus-menerus mengalami proses erosi karena terkena angin, ombak, dan suhu air yang lebih hangat. Gunung es dapat pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, yang disebut bergy bits atau growlers. Pecahan ini tetap berbahaya bagi kapal, karena ukurannya yang kecil sulit dideteksi oleh radar kapal.

Contoh:

  • Saat gunung es pecah di dekat Greenland, pecahan-pecahan kecil ini sering kali terbawa arus ke Atlantik Utara, di mana mereka menjadi ancaman bagi kapal-kapal yang lewat.

4. Dampak Gunung Es terhadap Ekosistem Laut dan Iklim

Gunung es memiliki peran penting dalam ekosistem laut, terutama di daerah kutub. Mereka juga mempengaruhi iklim global melalui interaksinya dengan arus laut dan sirkulasi atmosfer.

a. Pengaruh terhadap Ekosistem Laut

Gunung es yang mencair melepaskan air tawar ke laut, yang dapat mempengaruhi salinitas dan suhu air laut di sekitarnya. Selain itu, gunung es juga membawa sedimen dan nutrisi yang terperangkap di dalam es, yang kemudian dilepaskan ke lautan ketika es mencair. Nutrisi ini mendukung pertumbuhan fitoplankton, yang merupakan dasar rantai makanan laut.

Contoh:

  • Gunung es di Antartika yang mencair melepaskan nutrisi seperti besi, yang merangsang pertumbuhan fitoplankton. Fitoplankton adalah produsen primer yang mendukung berbagai organisme laut, termasuk ikan dan paus.

b. Pengaruh terhadap Sirkulasi Laut dan Iklim

Gunung es juga berperan dalam sirkulasi termohalin, yaitu sirkulasi global air laut yang didorong oleh perbedaan suhu dan salinitas. Ketika gunung es mencair, air tawar yang dihasilkan dapat mengurangi salinitas air laut di sekitarnya, yang dapat mempengaruhi pola arus laut global. Selain itu, gunung es juga berperan dalam mencerminkan sinar matahari kembali ke atmosfer, membantu mengatur suhu global.

Contoh:

  • Pencairan gunung es di Greenland diketahui dapat memperlambat Arus Teluk (Gulf Stream), yang membawa air hangat dari daerah tropis ke Atlantik Utara. Perubahan dalam arus ini dapat mempengaruhi iklim di Eropa dan Amerika Utara.

5. Ancaman Gunung Es terhadap Navigasi Laut

Sejak dulu, gunung es telah menjadi ancaman bagi navigasi laut. Kapal yang tidak dapat mendeteksi gunung es, terutama bagian yang terendam di bawah air, berisiko menabrak gunung es dengan konsekuensi yang fatal.

a. Tragedi Titanic

Salah satu contoh yang paling terkenal dari bahaya gunung es adalah tenggelamnya RMS Titanic pada tahun 1912. Titanic adalah kapal penumpang yang tenggelam setelah menabrak gunung es di Atlantik Utara, menyebabkan lebih dari 1.500 orang kehilangan nyawa.

Contoh:

  • Titanic menabrak gunung es yang hanya terlihat sebagian kecil di permukaan air, tetapi bagian bawahnya sangat besar sehingga merobek lambung kapal dan menyebabkan kapal tenggelam.

b. Pemantauan Gunung Es

Untuk mencegah insiden serupa, beberapa negara mendirikan International Ice Patrol setelah tenggelamnya Titanic. Organisasi ini menggunakan pesawat pengintai, satelit, dan radar untuk memantau pergerakan gunung es di Atlantik Utara dan mengirimkan peringatan kepada kapal-kapal yang berlayar di wilayah tersebut.

Contoh:

  • International Ice Patrol secara teratur mengirimkan laporan tentang posisi gunung es di Atlantik Utara, terutama di rute pelayaran utama dari Amerika Utara ke Eropa, untuk memastikan keselamatan kapal-kapal yang melintas.

6. Contoh Gunung Es Terkenal

Selain Titanic, ada beberapa gunung es terkenal lainnya yang telah menarik perhatian karena ukurannya yang luar biasa atau dampaknya terhadap lingkungan.

a. Gunung Es A-68

Pada tahun 2017, gunung es besar yang disebut A-68 terlepas dari Larsen C Ice Shelf di Antartika. Dengan luas sekitar 5.800 km², gunung es ini menjadi salah satu gunung es terbesar yang pernah tercatat. Seiring bergeraknya gunung es ini ke perairan yang lebih hangat, para ilmuwan terus melacak pergerakannya untuk memahami dampaknya terhadap ekosistem laut dan iklim.

Contoh:

  • Gunung es A-68, yang sebesar hampir setengah ukuran Pulau Jawa, terlihat bergerak perlahan menuju Atlantik Selatan dan diperkirakan akan mencair sepenuhnya dalam beberapa dekade.

b. Gunung Es B-15

Gunung es B-15 adalah gunung es terbesar yang pernah tercatat, dengan luas awal lebih dari 11.000 km² saat terlepas dari Ross Ice Shelf pada tahun 2000. Gunung es ini kemudian pecah menjadi beberapa bagian lebih kecil, tetapi tetap menjadi salah satu gunung es yang paling diawasi oleh ilmuwan karena ukurannya yang sangat besar.

Contoh:

  • B-15, yang memiliki luas lebih besar dari Pulau Jamaika, telah mempengaruhi pola arus laut dan distribusi nutrisi di wilayah sekitarnya.

7. Perubahan Iklim dan Masa Depan Gunung Es

Perubahan iklim global memainkan peran penting dalam pembentukan dan pencairan gunung es. Dengan peningkatan suhu global, gletser dan lapisan es di kutub mencair lebih cepat, yang menyebabkan lebih banyak gunung es terbentuk. Di saat yang sama, pencairan es di kutub juga berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut.

a. Pencairan Gletser dan Lapisan Es

Peningkatan suhu global telah menyebabkan pencairan cepat gletser di Greenland dan Antartika. Hal ini meningkatkan frekuensi calving dan pembentukan gunung es, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi ekosistem laut serta mempercepat kenaikan permukaan laut.

Contoh:

  • Gletser di Greenland mencair dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan ini telah menyebabkan peningkatan jumlah gunung es yang terlepas ke Atlantik Utara.

b. Dampak Kenaikan Permukaan Laut

Pencairan gunung es dan lapisan es di kutub akan berkontribusi pada kenaikan permukaan laut, yang dapat menyebabkan banjir di wilayah pesisir dan berdampak pada jutaan orang yang tinggal di dekat pantai.

Contoh:

  • Pencairan lapisan es Antartika diperkirakan berkontribusi pada kenaikan permukaan laut global sebesar lebih dari 1 meter pada akhir abad ini, yang dapat menenggelamkan wilayah pesisir di berbagai negara, termasuk Indonesia.

8. Kesimpulan

Gunung es adalah fenomena alam yang menakjubkan dan memiliki dampak besar terhadap ekosistem laut dan iklim bumi. Meskipun mereka tampak seperti massa es yang mengambang, gunung es memainkan peran penting dalam sirkulasi laut, distribusi nutrisi, dan keseimbangan iklim global. Namun, mereka juga dapat menjadi ancaman bagi navigasi laut, seperti yang dibuktikan oleh tenggelamnya Titanic. Dengan perubahan iklim yang mempercepat pencairan es di kutub, masa depan gunung es akan terus mempengaruhi kehidupan di bumi, baik dari segi lingkungan maupun ekonomi.

 

  • Perbedaan Gunung dan Bukit
  • Jenis-jenis Bencana Alam: Penyebab, Dampak, dan Contoh Kejadiannya
  • Gunung Berapi: Jenis, Proses Pembentukan, dan Dampaknya