Jenis dan Contoh Imunitas Pasif

Imunitas pasif adalah jenis kekebalan tubuh yang diperoleh bukan melalui respons imun individu sendiri, tetapi melalui pemberian antibodi yang dihasilkan oleh individu lain atau secara sintetis. Imunitas ini memberikan perlindungan segera terhadap penyakit tertentu, tetapi bersifat sementara karena tubuh tidak memproduksi antibodi sendiri. Imunitas pasif berperan penting dalam situasi darurat atau pada individu yang sistem imun alaminya belum berkembang sepenuhnya, seperti bayi yang baru lahir, atau pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah.

Jenis dan Contoh Imunitas Pasif
Sebuah model 3D interaktif yang menggambarkan dinamika imunitas pasif, menunjukkan bagaimana antibodi berinteraksi dengan patogen dalam tubuh. Pengguna dapat berinteraksi dengan elemen model untuk memahami kontribusi antibodi dalam melawan infeksi. Latar belakang laboratorium modern memberikan konteks ilmiah yang kaya jiwa.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara rinci mengenai pengertian imunitas pasif, jenis-jenisnya, cara kerjanya, serta contoh-contoh yang relevan untuk membantu menjelaskan konsep ini.

Pengertian Imunitas Pasif

Secara umum, imunitas merujuk pada kemampuan tubuh untuk melawan infeksi atau penyakit. Imunitas ini dapat dibagi menjadi dua jenis utama:

  1. Imunitas aktif: Tubuh secara aktif memproduksi antibodi sebagai respons terhadap infeksi atau vaksin.
  2. Imunitas pasif: Tubuh menerima antibodi yang sudah terbentuk dari sumber luar.

Imunitas pasif terjadi ketika antibodi yang diproduksi oleh organisme lain diberikan kepada seseorang. Karena tubuh tidak memproduksi antibodi sendiri, kekebalan yang diperoleh bersifat sementara, biasanya hanya berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada jenis antibodi dan kondisi tubuh individu.

Ciri-Ciri Imunitas Pasif:

  • Kekebalan segera: Perlindungan diberikan dengan cepat karena antibodi sudah ada dan siap untuk melawan patogen.
  • Sementara: Imunitas pasif hanya bertahan sementara karena antibodi tidak dihasilkan oleh sistem kekebalan orang yang menerima.
  • Tidak ada memori imunologis: Imunitas pasif tidak memicu pembentukan sel memori, sehingga tubuh tidak akan mengenali patogen tersebut jika terpapar kembali di masa depan.

Jenis-Jenis Imunitas Pasif

Imunitas pasif dapat dikategorikan menjadi dua jenis utama berdasarkan sumber antibodi yang diterima:

1. Imunitas Pasif Alami

Imunitas pasif alami terjadi ketika antibodi diteruskan secara alami dari satu individu ke individu lain, biasanya dari ibu ke anak. Ini adalah bentuk imunitas pasif yang terjadi tanpa intervensi medis.

  • Antibodi dari Ibu ke Bayi: Selama kehamilan, antibodi ibu, terutama imunoglobulin G (IgG), dapat melewati plasenta dan memberikan perlindungan kepada janin. Setelah lahir, bayi juga menerima antibodi melalui ASI (Air Susu Ibu), khususnya imunoglobulin A (IgA), yang melindungi saluran pencernaan bayi dari infeksi.
    • Contoh: Seorang bayi yang baru lahir memiliki kekebalan terhadap sejumlah penyakit yang pernah dialami atau diimunisasi oleh ibunya, seperti kekebalan terhadap campak atau influenza. Kekebalan ini akan bertahan selama beberapa bulan sebelum akhirnya memudar.

2. Imunitas Pasif Buatan

Imunitas pasif buatan diperoleh melalui intervensi medis, di mana antibodi diberikan kepada seseorang melalui suntikan atau infus. Ini dilakukan dalam kondisi darurat atau ketika seseorang membutuhkan perlindungan cepat terhadap infeksi tertentu.

  • Serum Antibodi atau Imunoglobulin: Imunoglobulin yang mengandung antibodi spesifik diambil dari darah individu yang sudah kebal atau dari hewan, kemudian diberikan ke individu lain.
    • Contoh: Pemberian serum anti-tetanus atau serum anti-rabies kepada seseorang yang berisiko atau telah terpapar patogen tersebut, tetapi belum memiliki kekebalan aktif.
  • Antibodi Monoklonal: Ini adalah antibodi buatan yang diproduksi di laboratorium dan dirancang untuk menargetkan patogen tertentu. Antibodi monoklonal sering digunakan dalam pengobatan penyakit tertentu, seperti COVID-19 atau Ebola.
    • Contoh: Regeneron adalah terapi antibodi monoklonal yang digunakan untuk mengobati pasien COVID-19, yang dirancang untuk menargetkan virus SARS-CoV-2.

Mekanisme Kerja Imunitas Pasif

Imunitas pasif bekerja dengan cara memberikan antibodi spesifik yang sudah terbentuk untuk segera melawan patogen yang menginfeksi tubuh. Antibodi ini bekerja melalui berbagai mekanisme:

  1. Netralisasi Patogen: Antibodi yang diberikan dapat menempel pada patogen, seperti virus atau bakteri, dan mencegah mereka menginfeksi sel-sel tubuh.
  2. Opsonisasi: Antibodi membantu sistem kekebalan tubuh, terutama fagositosis (proses di mana sel imun seperti makrofag menelan patogen), dengan menandai patogen agar lebih mudah dikenali oleh sel imun.
  3. Aktivasi Sistem Komplemen: Komplemen adalah bagian dari sistem imun yang dapat dihancurkan oleh antibodi. Komplemen dapat menyerang membran patogen dan membantu menghancurkannya.
  4. Penghancuran Sel yang Terinfeksi: Antibodi juga dapat menandai sel yang telah terinfeksi virus untuk dihancurkan oleh sel-sel imun seperti sel pembunuh alami (natural killer cells).

Durasi Imunitas Pasif

Masa perlindungan dari imunitas pasif bervariasi tergantung pada jenis antibodi yang diberikan dan kondisi individu penerima. Umumnya, imunitas ini berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. Setelah antibodi yang diberikan dipecah dan dihilangkan dari tubuh, imunitas juga akan hilang karena tubuh tidak membentuk respons imun jangka panjang.

Contoh-Contoh Imunitas Pasif

Berikut adalah beberapa contoh nyata yang menunjukkan penggunaan imunitas pasif dalam kehidupan sehari-hari dan situasi medis:

1. Imunitas Pasif pada Bayi Baru Lahir

Bayi yang baru lahir tidak memiliki sistem kekebalan yang sepenuhnya berkembang, sehingga sangat bergantung pada antibodi yang diterima dari ibu selama kehamilan dan menyusui. Antibodi ini melindungi bayi dari berbagai infeksi selama beberapa bulan pertama kehidupannya.

  • Contoh: Bayi yang lahir dari ibu yang telah divaksinasi atau pernah terinfeksi campak akan menerima antibodi terhadap campak melalui plasenta. Bayi tersebut akan terlindungi dari campak selama beberapa bulan pertama kehidupannya, hingga sistem kekebalannya mampu menghasilkan antibodi sendiri atau hingga ia mendapatkan vaksinasi.

2. Pemberian Serum Anti-Rabies

Ketika seseorang digigit oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies, waktu sangat krusial karena rabies adalah penyakit yang mematikan jika tidak segera ditangani. Dalam situasi ini, individu tersebut akan diberikan serum anti-rabies (Rabies Immune Globulin) yang mengandung antibodi spesifik untuk segera melawan virus rabies yang mungkin telah masuk ke tubuh.

  • Contoh: Seseorang yang digigit oleh anjing liar yang terinfeksi rabies akan mendapatkan suntikan imunoglobulin rabies sebagai perlindungan awal, diikuti dengan vaksin rabies untuk membangun kekebalan aktif jangka panjang.

3. Penggunaan Imunoglobulin Anti-Tetanus

Jika seseorang mengalami luka dalam atau luka yang terkontaminasi tanah dan belum memiliki kekebalan terhadap tetanus, ia dapat diberikan imunoglobulin tetanus (Tetanus Immune Globulin, TIG). Antibodi ini memberikan perlindungan cepat terhadap toksin tetanus yang dapat menyebabkan penyakit serius.

  • Contoh: Seorang petani yang terkena luka terbuka akibat alat pertanian yang berkarat dan belum divaksinasi tetanus akan diberikan TIG untuk mencegah infeksi tetanus.

4. Terapi Antibodi Monoklonal untuk COVID-19

Selama pandemi COVID-19, terapi antibodi monoklonal seperti Regeneron digunakan untuk mengobati pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2. Antibodi ini dirancang untuk mengikat protein spike virus, mencegahnya memasuki sel manusia dan memperbanyak diri.

  • Contoh: Pasien COVID-19 berisiko tinggi yang memiliki gejala berat atau yang belum divaksinasi dapat diberikan terapi antibodi monoklonal untuk mengurangi risiko komplikasi serius.

Kelebihan dan Keterbatasan Imunitas Pasif

Kelebihan:

  1. Perlindungan Segera: Imunitas pasif memberikan perlindungan yang cepat, yang sangat penting dalam situasi darurat seperti setelah terpapar patogen berbahaya.
  2. Cocok untuk Orang dengan Sistem Kekebalan Lemah: Individu yang memiliki gangguan kekebalan atau tidak dapat membentuk respons imun yang efektif dapat memanfaatkan imunitas pasif.
  3. Mengatasi Infeksi yang Berpotensi Mematikan: Imunitas pasif dapat digunakan untuk melawan infeksi serius seperti rabies, tetanus, atau virus corona, di mana respons imun tubuh sendiri mungkin terlalu lambat atau tidak memadai.

Keterbatasan:

  1. Sifat Sementara: Kekebalan yang diberikan oleh imunitas pasif tidak bertahan lama, biasanya hanya beberapa minggu hingga bulan, karena tubuh tidak memproduksi antibodi sendiri.
  2. Tidak Ada Memori Kekebalan: Setelah antibodi hilang, tubuh tidak akan mengingat patogen tersebut, sehingga jika terpapar kembali, tubuh tidak akan lebih siap untuk melawannya.
  3. Risiko Reaksi Alergi: Pemberian serum atau imunoglobulin yang berasal dari sumber hewan atau manusia lain dapat menyebabkan reaksi alergi atau efek samping pada beberapa individu.

Kesimpulan

Imunitas pasif adalah bentuk perlindungan kekebalan yang diperoleh dari pemberian antibodi yang sudah terbentuk, baik melalui proses alami (seperti dari ibu ke bayi) maupun melalui intervensi medis (seperti pemberian serum atau terapi antibodi monoklonal). Meskipun bersifat sementara, imunitas pasif sangat bermanfaat dalam memberikan perlindungan segera terutama dalam situasi darurat atau pada individu yang sistem kekebalannya belum atau tidak mampu merespons patogen dengan baik. Contoh-contoh nyata dari imunitas pasif meliputi pemberian serum anti-rabies, imunoglobulin tetanus, dan antibodi dari ASI pada bayi. Sebagai alat penting dalam kedokteran modern, imunitas pasif terus digunakan untuk melindungi individu dari berbagai penyakit berbahaya.

  • Perbedaan Kekebalan Aktif dan Pasif