Karakteristik Behaviorisme: Prinsip, Teori, dan Contohnya

Behaviorisme adalah salah satu aliran utama dalam psikologi yang berfokus pada studi perilaku yang dapat diamati. Aliran ini menolak pendekatan introspektif atau subjektif dalam memahami perilaku manusia dan hewan, dan sebaliknya menekankan pentingnya pengamatan langsung terhadap perilaku yang dapat diukur. Behaviorisme berargumen bahwa perilaku dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan, dan perilaku tersebut dapat “dikondisikan” atau diubah dengan menggunakan rangsangan eksternal.

Dalam artikel ini, kita akan membahas karakteristik utama dari behaviorisme, teori-teori yang mendasarinya, serta contoh-contoh perilaku yang relevan untuk menjelaskan konsep-konsep kunci dari teori ini.

Definisi Behaviorisme

Behaviorisme adalah pendekatan psikologi yang berfokus pada perilaku yang dapat diukur dan diamati, serta menekankan pengaruh lingkungan terhadap perilaku. Behaviorisme percaya bahwa semua perilaku (baik manusia maupun hewan) adalah hasil dari kondisioning – proses di mana individu belajar dari lingkungan mereka melalui penguatan positif atau negatif.

Berbeda dengan pendekatan lain dalam psikologi, seperti psikoanalisis yang mengeksplorasi alam bawah sadar, behaviorisme menolak penggunaan introspeksi atau pengamatan terhadap proses mental yang tidak terlihat. Sebaliknya, behaviorisme hanya mempelajari perilaku yang dapat dilihat, dianalisis, dan dimodifikasi berdasarkan respons terhadap rangsangan dari lingkungan.

Karakteristik Utama Behaviorisme

Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari behaviorisme:

1. Fokus pada Perilaku yang Dapat Diamati

Salah satu prinsip dasar behaviorisme adalah bahwa hanya perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif yang relevan untuk dipelajari. Behaviorisme mengabaikan konsep-konsep abstrak seperti pikiran, perasaan, atau niat yang tidak dapat dilihat atau diukur secara langsung.

  • Contoh: Dalam eksperimen yang melibatkan hewan, seorang behavioris mungkin mengobservasi bagaimana seekor tikus bereaksi terhadap pemberian makanan setelah menekan tuas. Reaksi tikus tersebut, seperti menekan tuas lebih sering setelah menerima makanan, adalah perilaku yang dapat diamati dan diukur.

2. Perilaku adalah Hasil dari Kondisi Lingkungan

Behaviorisme berpendapat bahwa perilaku manusia dan hewan ditentukan oleh lingkungan mereka. Kondisioning adalah konsep kunci dalam behaviorisme di mana perilaku dipelajari atau diubah melalui interaksi dengan rangsangan eksternal. Ada dua jenis kondisioning yang penting dalam behaviorisme:

  • Kondisioning Klasik: Diperkenalkan oleh Ivan Pavlov, ini adalah bentuk pembelajaran di mana respons alami dikaitkan dengan rangsangan baru. Dalam eksperimen Pavlov yang terkenal, anjing belajar mengasosiasikan suara bel dengan makanan, sehingga akhirnya anjing mulai mengeluarkan air liur hanya dengan mendengar bel, meskipun makanan tidak ada.
    • Contoh: Jika setiap kali Anda mendengar bel berbunyi Anda diberi manisan, Anda mungkin mulai mengasosiasikan suara bel dengan manisan. Akhirnya, hanya dengan mendengar bel, Anda akan merasa lapar atau mengidam manisan.
  • Kondisioning Operan: Diperkenalkan oleh B.F. Skinner, ini adalah bentuk pembelajaran di mana perilaku diperkuat atau dilemahkan tergantung pada konsekuensinya. Perilaku yang diikuti oleh penguatan (reward) cenderung diperkuat dan diulang, sedangkan perilaku yang diikuti oleh hukuman cenderung dihindari.
    • Contoh: Jika seorang anak diberi hadiah setelah merapikan kamarnya, dia mungkin akan lebih sering membersihkan kamarnya di masa mendatang. Sebaliknya, jika seorang anak dihukum karena berperilaku buruk, perilaku negatif tersebut cenderung berkurang.

3. Penguatan dan Hukuman sebagai Faktor Kunci

Behaviorisme sangat menekankan pentingnya penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment) dalam membentuk perilaku. Penguatan digunakan untuk memperkuat perilaku yang diinginkan, sementara hukuman digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.

  • Penguatan Positif: Memberikan sesuatu yang menyenangkan sebagai hasil dari perilaku yang diinginkan untuk meningkatkannya.
    • Contoh: Seorang pekerja yang mendapatkan bonus setelah mencapai target penjualan lebih mungkin untuk mencoba mencapai target di masa mendatang karena dia mendapatkan penguatan positif.
  • Penguatan Negatif: Menghilangkan sesuatu yang tidak menyenangkan sebagai hasil dari perilaku yang diinginkan untuk meningkatkannya.
    • Contoh: Menghapus tugas rumah tangga setelah anak menyelesaikan pekerjaan rumahnya tepat waktu. Ini memperkuat perilaku menyelesaikan pekerjaan rumah karena anak ingin menghindari tugas rumah tangga.
  • Hukuman Positif: Memberikan konsekuensi yang tidak menyenangkan untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
    • Contoh: Seorang siswa yang berbicara selama pelajaran mungkin dihukum dengan tugas tambahan. Hukuman ini bertujuan untuk mengurangi perilaku berbicara selama pelajaran.
  • Hukuman Negatif: Menghilangkan sesuatu yang menyenangkan untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
    • Contoh: Orang tua mengambil mainan favorit anaknya ketika dia bertindak nakal, dengan harapan mengurangi perilaku buruk tersebut.

4. Tabula Rasa: Manusia sebagai “Lembaran Kosong”

Behaviorisme percaya bahwa manusia lahir sebagai tabula rasa atau “lembaran kosong”, dan semua perilaku dipelajari melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Dengan kata lain, tidak ada sifat bawaan atau naluri yang menentukan perilaku manusia; semua perilaku adalah hasil dari pembelajaran dan adaptasi terhadap lingkungan.

  • Contoh: Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan dukungan mungkin mengembangkan perilaku yang baik, sementara anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang kasar dan penuh tekanan mungkin mengembangkan perilaku bermasalah.

5. Perilaku Dapat Diubah Melalui Pembelajaran

Behaviorisme percaya bahwa perilaku dapat dipelajari dan diubah melalui proses pembelajaran yang tepat. Ini berarti bahwa perilaku yang tidak diinginkan dapat diubah dengan mengatur penguatan dan hukuman dengan benar.

  • Contoh: Jika seorang siswa sering terlambat ke sekolah, guru mungkin menerapkan sistem penguatan di mana siswa yang datang tepat waktu diberi penghargaan, sementara siswa yang terlambat menerima hukuman. Dengan cara ini, perilaku siswa dapat diubah dari sering terlambat menjadi datang tepat waktu.

6. Generalization dan Discrimination

Behaviorisme juga memperkenalkan konsep generalization dan discrimination dalam pembelajaran perilaku. Generalization terjadi ketika suatu respons yang dipelajari terhadap satu rangsangan juga terjadi sebagai respons terhadap rangsangan lain yang serupa. Sementara itu, discrimination terjadi ketika individu dapat membedakan antara rangsangan yang serupa dan hanya merespons pada rangsangan yang spesifik.

  • Contoh Generalization: Jika seorang anak takut pada anjing besar, dia mungkin juga mengembangkan rasa takut terhadap semua jenis anjing, meskipun dia hanya pernah dikejar oleh anjing besar.
  • Contoh Discrimination: Seorang anak yang belajar bahwa anjing peliharaan kecil dan jinak tidak berbahaya akan berhenti merasa takut pada anjing kecil, tetapi tetap takut pada anjing besar yang agresif.

Teori-Teori Utama Behaviorisme

Ada beberapa teori dan eksperimen penting yang membentuk landasan behaviorisme. Beberapa di antaranya adalah:

1. Kondisioning Klasik oleh Ivan Pavlov

Ivan Pavlov, seorang ahli fisiologi Rusia, menemukan konsep kondisioning klasik melalui eksperimen pada anjing. Dalam eksperimen ini, Pavlov menunjukkan bahwa anjing dapat belajar mengasosiasikan suara bel (stimulus netral) dengan makanan (stimulus tak bersyarat) sehingga akhirnya anjing mengeluarkan air liur hanya dengan mendengar bel. Air liur, yang awalnya merupakan respons alami terhadap makanan, menjadi respons terkondisi terhadap bel.

  • Contoh Manusia: Dalam kehidupan sehari-hari, kondisioning klasik dapat dilihat pada kebiasaan sederhana. Misalnya, seseorang mungkin merasa lapar ketika mendengar bunyi lonceng makan siang di sekolah, meskipun dia belum melihat atau mencium aroma makanan.

2. Kondisioning Operan oleh B.F. Skinner

B.F. Skinner mengembangkan teori kondisioning operan, yang berfokus pada bagaimana konsekuensi dari tindakan memengaruhi perilaku masa depan. Skinner menggunakan “Skinner Box” untuk menguji bagaimana tikus akan belajar menekan tuas untuk mendapatkan makanan. Jika perilaku menekan tuas menghasilkan makanan (penguatan positif), tikus akan lebih sering menekan tuas. Skinner juga memperkenalkan konsep penguatan dan hukuman dalam kondisioning operan.

  • Contoh dalam Pendidikan: Di kelas, guru dapat menggunakan sistem poin untuk meningkatkan perilaku siswa. Siswa yang menyelesaikan tugas dengan baik dapat memperoleh poin yang bisa mereka tukarkan dengan hadiah. Dengan cara ini, guru memperkuat perilaku positif dengan penguatan positif.

3. Teori Belajar Sosial oleh Albert Bandura

Meskipun bukan sepenuhnya behavioris, Albert Bandura memperkenalkan teori belajar sosial yang menekankan bahwa perilaku dipelajari melalui pengamatan dan peniruan model perilaku orang lain. Bandura menunjukkan bahwa orang tidak hanya belajar melalui pengalaman langsung, tetapi juga dengan mengamati tindakan orang lain dan konsekuensi dari tindakan tersebut.

  • Contoh: Anak-anak yang menonton orang dewasa berperilaku agresif cenderung meniru perilaku tersebut. Dalam eksperimen boneka Bobo, Bandura menunjukkan bahwa anak-anak yang melihat model dewasa memukul boneka cenderung meniru perilaku agresif tersebut.

Contoh Behaviorisme dalam Kehidupan Sehari-hari

Behaviorisme memiliki banyak aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pendidikan, pelatihan, dan terapi. Berikut adalah beberapa contohnya:

1. Sistem Penghargaan di Sekolah

Di sekolah, guru dapat menggunakan prinsip-prinsip behaviorisme untuk memperkuat perilaku yang diinginkan. Misalnya, siswa yang menunjukkan perilaku baik dapat diberikan penghargaan seperti bintang emas, poin, atau hadiah kecil. Ini adalah bentuk penguatan positif yang mendorong siswa untuk terus berperilaku baik.

  • Contoh: Seorang siswa yang menyelesaikan tugas tepat waktu dan mengikuti aturan kelas diberikan penghargaan berupa poin tambahan. Siswa tersebut lebih cenderung untuk terus berperilaku baik karena dia mendapatkan penguatan positif.

2. Pelatihan Anjing

Pelatihan hewan, seperti anjing, sering kali menggunakan prinsip kondisioning operan. Ketika anjing mengikuti perintah, seperti duduk atau diam, ia diberi hadiah berupa makanan sebagai penguatan positif. Dengan cara ini, anjing belajar bahwa dengan mengikuti perintah, ia akan mendapatkan sesuatu yang menyenangkan.

  • Contoh: Seorang pelatih anjing menggunakan camilan sebagai hadiah setiap kali anjingnya duduk sesuai perintah. Anjing kemudian belajar bahwa duduk pada perintah akan memberikan hasil yang menyenangkan dalam bentuk camilan.

3. Modifikasi Perilaku dalam Terapi

Terapi perilaku sering kali menggunakan prinsip-prinsip behaviorisme untuk membantu individu mengubah perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya, dalam terapi pengelolaan kemarahan, terapis dapat membantu pasien belajar untuk merespons situasi pemicu kemarahan dengan cara yang lebih konstruktif, menggunakan penguatan positif dan negatif.

  • Contoh: Seorang pasien dengan kecenderungan untuk meledak-ledak ketika marah diajarkan teknik relaksasi. Setiap kali pasien berhasil mengendalikan emosinya, dia diberikan pujian dan penguatan positif. Ini membantu pasien mengembangkan perilaku pengendalian diri yang lebih baik.

Kesimpulan

Behaviorisme adalah pendekatan psikologi yang berfokus pada perilaku yang dapat diamati dan bagaimana perilaku tersebut dibentuk oleh interaksi dengan lingkungan. Melalui prinsip kondisioning klasik dan operan, behaviorisme menunjukkan bahwa perilaku manusia dan hewan dapat dipelajari, diubah, dan dimodifikasi berdasarkan penguatan dan hukuman yang diterima.

Dengan aplikasi yang luas dalam pendidikan, pelatihan, dan terapi, behaviorisme memberikan panduan yang berguna dalam memahami bagaimana perilaku terbentuk dan bagaimana kita dapat memanfaatkan prinsip-prinsip tersebut untuk mencapai hasil yang diinginkan.

 

Related Posts

Jenis-Jenis Feminisme: Liberal, Radikal, Sosial, dan Interseksional

Feminisme adalah gerakan sosial, politik, dan intelektual yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender dan menghapuskan diskriminasi berbasis gender. Namun, feminisme memiliki berbagai pendekatan yang berbeda berdasarkan fokus…

Apa itu Psikologi Sosial?

Psikologi sosial adalah cabang ilmu psikologi yang berfokus pada bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh keberadaan, pikiran, atau tindakan orang lain. Sebagai bidang kajian yang…

Perbedaan Kontak Sosial dan Komunikasi: Pengertian, Fungsi, dan Contoh

Kontak sosial dan komunikasi adalah dua konsep penting dalam interaksi antarmanusia yang sering kali dianggap sama. Meski keduanya berkaitan erat dan sering digunakan bersama, kontak sosial dan…

Penalaran Induktif: Metode Berpikir untuk Menemukan Pola dan Membangun Kesimpulan

Penalaran induktif adalah metode berpikir yang berawal dari pengamatan atau pengalaman spesifik untuk membangun kesimpulan yang lebih umum. Dalam penalaran ini, seseorang mengumpulkan bukti-bukti atau observasi yang…

Perbedaan Strategi dan Metode Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan, istilah strategi dan metode pembelajaran sering kali digunakan untuk menggambarkan pendekatan dan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Meski tampak serupa, strategi dan…

Pemrograman Neurolinguistik (NLP): Seni Memahami dan Mengubah Pola Pikiran

Pemrograman Neurolinguistik, atau NLP (Neuro-Linguistic Programming), adalah pendekatan psikologi praktis yang dirancang untuk membantu individu memahami, mengubah, dan mengoptimalkan cara mereka berpikir, berkomunikasi, dan berperilaku. NLP didasarkan…