Karakteristik Unsur Raksa

Raksa adalah unsur kimia dengan simbol Hg (dari bahasa Latin: Hydrargyrum) dan nomor atom 80 dalam tabel periodik. Raksa adalah satu-satunya logam yang berada dalam fase cair pada suhu kamar, menjadikannya unik di antara logam-logam lainnya. Selain itu, raksa memiliki sifat fisik dan kimia yang sangat khas, yang membuatnya berguna dalam berbagai aplikasi industri, meskipun juga dikenal karena sifat toksisitasnya yang tinggi.

1. Sifat Fisik Raksa

  1. Keadaan Fase: Raksa adalah logam cair pada suhu kamar. Ini merupakan salah satu dari hanya dua unsur (bersama dengan bromin) yang berada dalam bentuk cair pada suhu kamar. Raksa akan tetap cair pada rentang suhu yang cukup besar, yaitu antara -38,83°C (titik beku) dan 356,73°C (titik didih).
  2. Warna dan Penampilan: Raksa memiliki warna perak keabu-abuan yang mengkilap dan sangat reflektif. Karena teksturnya yang cair dan berat, raksa sering terlihat seperti cairan logam yang sangat tebal dan licin.
  3. Kerapatan: Raksa memiliki kerapatan yang sangat tinggi, yaitu 13,534 g/cm³ pada suhu kamar. Ini menjadikannya salah satu logam dengan kerapatan tertinggi, yang menyebabkan raksa terasa sangat berat bahkan dalam volume yang kecil.
  4. Titik Lebur dan Titik Didih:
    • Titik lebur: -38,83°C (-37,89°F), suhu yang sangat rendah untuk logam, yang menjelaskan mengapa raksa tetap dalam keadaan cair di suhu kamar.
    • Titik didih: 356,73°C (674,11°F), yang berarti raksa akan menguap pada suhu tinggi, tetapi tetap stabil dalam bentuk cair pada suhu yang relatif lebih rendah dibandingkan logam lain.
  5. Kelenturan dan Keuletan: Dalam keadaan padat (di bawah titik beku), raksa sangat rapuh dan mudah pecah. Dalam bentuk cair, raksa tidak memiliki sifat mulur atau lentur seperti logam padat lainnya.
  6. Konduktivitas Listrik dan Termal: Raksa memiliki konduktivitas listrik yang baik, meskipun tidak seefisien logam seperti tembaga atau perak. Konduktivitas termalnya juga lebih rendah dibandingkan logam lainnya. Namun, sifat ini membuatnya tetap berguna dalam aplikasi tertentu yang memerlukan ketahanan terhadap penghantaran panas yang berlebihan.

2. Sifat Kimia Raksa

  1. Reaksi dengan Udara: Pada suhu kamar, raksa tidak bereaksi dengan oksigen di udara. Namun, jika dipanaskan hingga suhu tinggi, raksa dapat bereaksi dengan oksigen untuk membentuk merkuri(II) oksida (HgO), senyawa padat berwarna merah atau kuning.
  2. Reaksi dengan Asam: Raksa tidak larut dalam asam klorida (HCl) atau asam sulfat encer (H₂SO₄) pada suhu kamar. Namun, raksa dapat larut dalam asam nitrat (HNO₃) dan aqua regia, membentuk merkuri(II) nitrat (Hg(NO₃)₂) dan senyawa lain yang larut dalam air.
  3. Reaksi dengan Logam Lain: Raksa memiliki kemampuan untuk membentuk amalgam dengan banyak logam lain seperti emas, perak, dan timah. Amalgam adalah campuran atau paduan logam yang melibatkan raksa, dan ini sangat berguna dalam pemurnian emas dan perak, serta dalam aplikasinya di kedokteran gigi. Namun, raksa tidak membentuk amalgam dengan besi, dan karena itu sering disimpan dalam wadah besi atau baja.
  4. Reaksi dengan Halogen: Raksa dapat bereaksi dengan halogen seperti klorin, bromin, dan yodium, membentuk senyawa merkuri(II) halida, misalnya merkuri(II) klorida (HgCl₂) dan merkuri(I) klorida (Hg₂Cl₂). Senyawa-senyawa ini sering digunakan dalam aplikasi industri dan penelitian.
  5. Sifat Toksisitas: Salah satu sifat kimia paling penting dari raksa adalah toksisitasnya. Raksa dan sebagian besar senyawa raksanya sangat beracun bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Paparan raksa, terutama dalam bentuk uap atau senyawa organik seperti metilmerkuri (CH₃Hg), dapat menyebabkan kerusakan saraf, ginjal, dan sistem kekebalan tubuh.

3. Isotop Raksa

Raksa memiliki tujuh isotop stabil, yaitu Hg-196, Hg-198, Hg-199, Hg-200, Hg-201, Hg-202, dan Hg-204. Isotop paling melimpah adalah Hg-202, yang menyusun sekitar 29,86% dari raksa alami.

Selain itu, ada beberapa isotop radioaktif raksa, tetapi isotop-isotop ini umumnya tidak ditemukan secara alami dan lebih sering dihasilkan dalam laboratorium. Isotop radioaktif ini memiliki kegunaan dalam bidang penelitian nuklir dan radiofarmasi, meskipun penggunaannya terbatas karena sifat radioaktifnya.

4. Kegunaan Raksa

  1. Termometer dan Barometer: Raksa telah lama digunakan dalam termometer dan barometer karena sifat cairnya yang stabil pada berbagai suhu. Namun, penggunaan raksa dalam termometer sekarang sudah mulai ditinggalkan karena risiko toksisitasnya, dan banyak termometer modern menggunakan alkohol atau galinstan sebagai pengganti.
  2. Tensiometer dan Alat Pengukur Tekanan Darah: Sphygmomanometer (alat pengukur tekanan darah) tradisional menggunakan raksa karena sifat berat dan kestabilannya. Alat-alat ini sering disebut sebagai tensiometer raksa. Namun, seperti halnya termometer, penggunaannya juga mulai digantikan dengan alternatif yang lebih aman.
  3. Lampu Uap Raksa: Raksa digunakan dalam lampu uap raksa, yang menghasilkan cahaya dengan efisiensi tinggi. Lampu ini sering digunakan dalam penerangan jalan, lampu sorot, dan aplikasi industri. Cahaya yang dihasilkan bersifat ultraviolet dan dapat diubah menjadi cahaya tampak dengan lapisan fosfor.
  4. Amalgam Gigi: Salah satu aplikasi medis raksa adalah dalam amalgam gigi, yang merupakan campuran raksa dengan logam lain seperti perak, tembaga, dan timah. Amalgam gigi telah digunakan selama lebih dari 150 tahun untuk tambalan gigi karena kekuatannya dan biokompatibilitasnya. Namun, penggunaannya mulai menurun karena kekhawatiran akan paparan raksa.
  5. Pemurnian Emas dan Perak: Raksa digunakan secara historis dalam proses amalgamasi untuk memurnikan emas dan perak dari bijihnya. Raksa akan membentuk amalgam dengan emas dan perak, yang kemudian dipanaskan untuk menguapkan raksa, meninggalkan logam mulia yang murni. Meskipun metode ini masih digunakan di beberapa tempat, terutama di tambang-tambang skala kecil, penggunaannya menurun karena dampak lingkungan dan bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh uap raksa.
  6. Industri Kimia: Raksa digunakan sebagai katalis dalam beberapa reaksi kimia, terutama dalam produksi vinil klorida, bahan baku utama dalam pembuatan plastik PVC. Meskipun raksa sangat efisien sebagai katalis, industri kimia terus mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan karena bahaya yang ditimbulkan oleh raksa.
  7. Penggunaan dalam Baterai: Raksa pernah digunakan dalam baterai merkuri, yang memberikan keluaran tegangan yang stabil dan umur panjang. Namun, karena toksisitasnya, baterai merkuri sekarang sebagian besar telah digantikan oleh baterai lain yang lebih aman, seperti baterai alkali dan lithium.

5. Keamanan dan Toksisitas

  1. Toksisitas Umum: Raksa, terutama dalam bentuk uap dan senyawa organik, sangat beracun bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Paparan raksa bisa terjadi melalui inhalasi, kontak kulit, atau penelanan. Uap raksa yang terhirup dapat dengan cepat memasuki sistem saraf pusat dan menyebabkan gangguan neurologis, termasuk tremor, gangguan penglihatan, kehilangan memori, dan, dalam kasus yang parah, kerusakan saraf permanen.
  2. Metilmerkuri: Metilmerkuri (CH₃Hg) adalah senyawa organik raksa yang sangat beracun dan dapat terakumulasi dalam jaringan makhluk hidup. Metilmerkuri sering ditemukan dalam makanan laut, terutama ikan predator besar seperti tuna dan hiu. Paparan metilmerkuri melalui makanan laut dapat menyebabkan keracunan raksa, yang dikenal sebagai penyakit Minamata, yang dinamai dari sebuah kota di Jepang di mana keracunan raksa dari limbah industri menyebabkan epidemi keracunan yang parah.
  3. Bahaya Lingkungan: Raksa adalah polutan lingkungan yang signifikan, terutama dalam bentuk uap raksa yang dihasilkan dari pembakaran batu bara atau aktivitas penambangan. Raksa yang dilepaskan ke udara dapat terakumulasi di ekosistem perairan dan berubah menjadi metilmerkuri, yang kemudian masuk ke rantai makanan dan berdampak pada kesehatan manusia dan satwa liar.
  4. Penanganan dan Penyimpanan: Karena sifat beracun raksa, penanganan dan penyimpanannya harus dilakukan dengan hati-hati. Raksa harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan tahan korosi, idealnya dalam atmosfer inert seperti nitrogen atau di bawah minyak mineral. Kontaminasi raksa ke lingkungan dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, sehingga pembersihan tumpahan raksa memerlukan prosedur khusus untuk meminimalkan risiko paparan.

6. Fakta Menarik tentang Raksa

  • Asal Nama: Simbol kimia raksa, Hg, berasal dari kata Latin Hydrargyrum, yang berarti “perak cair” (hydra = air, argyros = perak). Nama ini mengacu pada sifat fisik raksa yang terlihat seperti perak cair.
  • Penggunaan Sejarah: Raksa telah digunakan sejak zaman kuno. Bangsa Cina dan India sudah menggunakan raksa lebih dari 2.000 tahun yang lalu dalam praktik medis dan alkimia. Di Eropa, selama Abad Pertengahan, raksa digunakan oleh alkemis yang berusaha mengubah logam biasa menjadi emas.
  • Raksa di Termometer: Penggunaan raksa dalam termometer pertama kali diperkenalkan oleh fisikawan Jerman, Daniel Gabriel Fahrenheit, pada awal abad ke-18. Namun, karena risiko kesehatan, termometer raksa sekarang sebagian besar telah digantikan oleh termometer digital atau non-raksa.

Kesimpulan

Raksa adalah unsur logam yang unik karena sifat cairnya pada suhu kamar dan konduktivitasnya yang baik. Meskipun memiliki banyak kegunaan dalam berbagai aplikasi industri, medis, dan ilmiah, raksa juga sangat beracun dan dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius jika tidak ditangani dengan benar. Penggunaan raksa dalam produk konsumen telah menurun drastis karena bahaya yang ditimbulkannya, tetapi raksa tetap penting dalam beberapa aplikasi khusus. Mengingat dampak lingkungan dan kesehatan yang serius dari raksa, banyak negara sekarang memberlakukan regulasi ketat untuk membatasi penggunaannya dan mengelola limbah yang mengandung raksa.

Related Posts

Perbedaan Waterproof dan Water Resistant

Dalam dunia modern yang penuh dengan gadget, aksesoris, dan pakaian yang dirancang untuk segala jenis aktivitas, istilah waterproof dan water resistant sering digunakan untuk menunjukkan ketahanan suatu…

Contoh Larutan hipertonik

Larutan hipertonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dibandingkan dengan larutan lain yang dibandingkan dengannya, biasanya larutan di dalam sel. Dalam konteks biologi, larutan…

Perbedaan Titrasi Langsung dan Tidak Langsung

Titrasi adalah salah satu metode analisis kuantitatif yang digunakan untuk menentukan konsentrasi zat dalam larutan. Dalam titrasi, larutan standar dengan konsentrasi yang sudah diketahui (titrant) ditambahkan secara…

Karakteristik Unsur Kadmium

Kadmium adalah unsur kimia yang berada dalam golongan logam berat dan termasuk logam beracun. Meskipun demikian, kadmium memiliki berbagai aplikasi dalam industri, terutama pada baterai, pelapisan logam,…

Contoh Pelarut dalam Kimia

Pelarut adalah zat yang digunakan untuk melarutkan zat terlarut, membentuk suatu larutan. Dalam larutan, pelarut biasanya merupakan komponen dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan zat terlarut. Pelarut…

Jenis Radiasi Pengion dan contohnya

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang memiliki cukup energi untuk melepaskan elektron dari atom atau molekul, sehingga menghasilkan ion yang bermuatan listrik. Radiasi ini memiliki berbagai sumber,…