Hukum Snellius, atau kadang disebut Hukum Snell, adalah hukum fisika yang menjelaskan fenomena pembiasan cahaya (refraction). Pembiasan terjadi ketika cahaya bergerak dari satu medium ke medium lain dengan kerapatan optik yang berbeda, sehingga kecepatannya berubah dan menyebabkan cahaya membelok. Hukum ini dinamai setelah ilmuwan Belanda Willebrord Snellius yang menemukannya pada tahun 1621.
Hukum Snellius memainkan peran penting dalam berbagai bidang, mulai dari optik hingga teknologi komunikasi serat optik. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara rinci apa itu Hukum Snellius, bagaimana rumusnya, serta contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Pengertian Hukum Snellius
Hukum Snellius menjelaskan bagaimana cahaya dibelokkan saat melewati batas antara dua medium yang memiliki indeks bias berbeda. Indeks bias (n) adalah ukuran seberapa besar cahaya diperlambat saat melewati suatu medium. Medium dengan indeks bias lebih tinggi memperlambat cahaya lebih besar dibandingkan medium dengan indeks bias lebih rendah.
Hukum Snellius dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
- n1 = Indeks bias medium pertama
- n2 = Indeks bias medium kedua
- θ1 = Sudut datang cahaya terhadap garis normal (sudut di medium pertama)
- θ2 = Sudut bias cahaya terhadap garis normal (sudut di medium kedua)
Garis normal adalah garis imajiner yang tegak lurus terhadap permukaan pemisah antara dua medium.
Penjelasan Hukum Snellius:
- Ketika cahaya bergerak dari medium dengan indeks bias rendah ke medium dengan indeks bias tinggi (misalnya dari udara ke kaca), cahaya akan dibelokkan mendekati garis normal.
- Ketika cahaya bergerak dari medium dengan indeks bias tinggi ke medium dengan indeks bias rendah (misalnya dari air ke udara), cahaya akan dibelokkan menjauhi garis normal.
2. Indeks Bias
Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kita bahas sedikit tentang indeks bias. Indeks bias suatu medium (n) didefinisikan sebagai:
n = c/v
Dimana:
- c = Kecepatan cahaya di ruang hampa (sekitar 300.000 km/s)
- v = Kecepatan cahaya di medium tertentu
Indeks bias ruang hampa udara adalah 1. Ketika cahaya memasuki medium dengan indeks bias lebih besar dari 1, kecepatan cahaya akan berkurang. Misalnya, indeks bias air adalah sekitar 1,33, yang berarti cahaya bergerak lebih lambat di air dibandingkan di udara.
Berikut adalah beberapa nilai indeks bias umum:
- Udara: ≈ 1,00
- Air: ≈ 1,33
- Kaca: ≈ 1,5 – 1,9 (tergantung jenis kaca)
- Intan: ≈ 2,42
3. Rumus Hukum Snellius
Seperti yang telah disebutkan, Hukum Snellius dirumuskan sebagai:
Rumus ini menyatakan bahwa hasil kali indeks bias medium dengan sinus sudut datang sama dengan hasil kali indeks bias medium lain dengan sinus sudut bias. Dengan menggunakan rumus ini, kita bisa menghitung salah satu dari empat variabel jika tiga variabel lainnya diketahui.
Contoh Penggunaan Rumus Snellius
Misalkan cahaya datang dari udara (n1=1) ke air (n2=1,33) dengan sudut datang θ1=30∘. Berapa sudut bias θ2
di dalam air?Gunakan rumus Snellius:
Substitusi nilai:
Kita tahu bahwa sin30∘=0,5
, maka:Untuk mendapatkan sin θ2
, kita bagi kedua sisi dengan 1,33:Maka, θ2
adalah:Jadi, sudut bias θ2
di dalam air adalah 22 derajat.4. Fenomena Terkait Hukum Snellius
Selain menjelaskan pembiasan cahaya, Hukum Snellius juga menjadi dasar untuk memahami beberapa fenomena optik lainnya, seperti:
a. Pembiasan Cahaya
Ketika cahaya bergerak dari satu medium ke medium lain dengan indeks bias berbeda, kecepatan dan arah cahaya akan berubah. Misalnya, ketika cahaya bergerak dari udara ke air, cahaya akan dibelokkan mendekati garis normal karena kecepatan cahaya di air lebih lambat dibandingkan di udara.
Contoh:
Saat Anda memasukkan pensil ke dalam segelas air, pensil akan tampak bengkok di permukaan air. Ini terjadi karena cahaya yang memantulkan gambar pensil dari dalam air mengalami pembiasan saat bergerak dari air (indeks bias lebih tinggi) ke udara (indeks bias lebih rendah).
b. Total Internal Reflection (Pantulan Dalam Sempurna)
Fenomena total internal reflection terjadi ketika cahaya bergerak dari medium dengan indeks bias lebih tinggi ke medium dengan indeks bias lebih rendah, dan sudut datang melebihi sudut kritis. Dalam kondisi ini, cahaya tidak lagi dibiasakan keluar dari medium, melainkan dipantulkan seluruhnya ke dalam medium asal.
Contoh:
- Serat Optik: Teknologi serat optik menggunakan prinsip total internal reflection untuk mengirimkan sinyal cahaya melalui kabel panjang tanpa hilang banyak energi. Cahaya dipantulkan berulang kali di dalam inti serat optik karena sudut datang cahaya selalu lebih besar dari sudut kritis, sehingga seluruh cahaya tetap berada di dalam serat.
- Fatamorgana: Fatamorgana di padang pasir atau di jalan aspal yang panas terjadi karena cahaya dibelokkan oleh lapisan udara yang memiliki kepadatan berbeda. Pada kondisi tertentu, cahaya dapat mengalami total internal reflection, menciptakan ilusi adanya genangan air.
c. Sudut Kritis
Sudut kritis adalah sudut datang minimum dimana cahaya yang bergerak dari medium dengan indeks bias tinggi ke indeks bias rendah akan mengalami total internal reflection. Sudut kritis ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Snellius, di mana θ2 dianggap sebesar 90° (artinya cahaya tepat berada pada batas antara kedua medium).
Rumus untuk sudut kritis adalah:
Dimana:
- n1 adalah indeks bias medium dari mana cahaya berasal (lebih tinggi)
- n2 adalah indeks bias medium yang dituju (lebih rendah)
- θc adalah sudut kritis
Contoh:
Jika cahaya bergerak dari air (n1=1,33) ke udara (n2=1,00), sudut kritis dapat dihitung sebagai:
Maka, sudut kritis
adalah:Jadi, jika sudut datang cahaya lebih besar dari 48,75 derajat, cahaya tidak akan dibiasakan, melainkan dipantulkan seluruhnya ke dalam air.
5. Penerapan Hukum Snellius dalam Kehidupan Sehari-hari
Hukum Snellius memiliki berbagai aplikasi praktis yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang optik dan teknologi. Beberapa contohnya termasuk:
a. Kacamata dan Lensa Kontak
Desain kacamata dan lensa kontak memanfaatkan hukum Snellius untuk memperbaiki pembiasan cahaya yang masuk ke mata. Dengan mengubah sudut pembiasan, lensa dapat membantu mengarahkan cahaya ke retina dengan benar, sehingga mengatasi masalah penglihatan seperti rabun jauh (miopia) dan rabun dekat (hipermetropia).
b. Periskop dan Mikroskop
Dalam perangkat optik seperti periskop dan mikroskop, hukum Snellius digunakan untuk merancang lensa yang dapat membelokkan cahaya sehingga gambar yang dilihat menjadi lebih jelas atau diperbesar. Pembiasan cahaya melalui lensa memungkinkan kita untuk melihat objek yang sangat kecil atau berada di tempat yang sulit dijangkau secara langsung.
c. Fotografi dan Kamera
Lensa kamera juga dirancang berdasarkan hukum Snellius untuk mengontrol pembiasan cahaya dan membantu menciptakan gambar yang tajam dan fokus. Perbedaan ketebalan dan bentuk lensa dapat mengubah cara cahaya dibelokkan, memungkinkan fotografer untuk menangkap gambar dengan berbagai efek fokus dan kedalaman.
d. Teleskop
Teleskop menggunakan lensa atau cermin yang didesain berdasarkan prinsip hukum Snellius untuk mengumpulkan dan membiaskan cahaya dari objek yang sangat jauh. Dengan pembiasan yang tepat, teleskop memungkinkan kita melihat bintang, planet, dan benda langit lainnya dengan jelas.
Kesimpulan
Hukum Snellius merupakan salah satu hukum dasar dalam fisika optik yang menjelaskan bagaimana cahaya dibelokkan saat melewati batas antara dua medium dengan indeks bias yang berbeda. Dengan rumus sederhana yang melibatkan sinus sudut datang dan sudut bias, hukum ini dapat menjelaskan berbagai fenomena pembiasan cahaya yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari pensil yang tampak bengkok dalam air hingga teknologi serat optik yang kita gunakan untuk komunikasi modern.
Pemahaman tentang Hukum Snellius penting dalam berbagai aplikasi, terutama di bidang optik seperti desain lensa, alat-alat medis, hingga teknologi komunikasi canggih.