Dalam dunia properti dan pembiayaan, istilah take over dan over kredit sering kali muncul sebagai bagian dari transaksi pembelian rumah atau properti lainnya yang menggunakan fasilitas kredit. Keduanya melibatkan perpindahan hak atau kewajiban atas suatu kredit, tetapi ada perbedaan mendasar antara kedua istilah ini. Memahami perbedaan antara take over dan over kredit sangat penting bagi calon pembeli atau pihak yang terlibat dalam transaksi, terutama dalam hal risiko, tanggung jawab, dan legalitas.
Artikel ini akan menjelaskan secara rinci perbedaan antara take over dan over kredit, bagaimana keduanya bekerja, serta contoh-contoh nyata untuk memudahkan pemahaman.
Apa Itu Take Over?
Take over adalah suatu proses di mana kredit yang sedang berjalan dipindahkan dari satu lembaga keuangan atau bank ke lembaga keuangan lain, atau dari satu debitur ke debitur lain. Proses ini sering dilakukan ketika peminjam ingin mendapatkan syarat dan ketentuan yang lebih menguntungkan dari bank baru, seperti suku bunga yang lebih rendah, tenor yang lebih panjang, atau biaya administrasi yang lebih ringan. Take over biasanya dilakukan melalui lembaga keuangan secara resmi dan tercatat dengan baik dalam dokumen hukum.
Contoh Kasus Take Over
Misalkan, Pak Budi memiliki kredit kepemilikan rumah (KPR) di Bank A dengan suku bunga tetap 10% per tahun. Karena merasa beban cicilannya terlalu berat, Pak Budi mencari opsi di Bank B yang menawarkan suku bunga lebih rendah, yaitu 8% per tahun. Jika Bank B menyetujui permohonan Pak Budi, maka kredit KPR Pak Budi akan diambil alih oleh Bank B. Artinya, Bank B akan melunasi sisa kredit Pak Budi di Bank A, dan Pak Budi kemudian hanya akan membayar cicilan kepada Bank B dengan suku bunga yang lebih rendah.
Dalam kasus ini, take over memberikan manfaat berupa penurunan beban bunga, yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah cicilan bulanan dan total biaya kredit yang harus dibayarkan oleh peminjam.
Proses Take Over
Proses take over biasanya melibatkan beberapa langkah, termasuk:
- Pengajuan Permohonan ke Bank Baru: Debitur mengajukan permohonan ke bank baru dengan membawa rincian kredit yang ingin diambil alih.
- Penilaian Kredit: Bank baru akan menilai kelayakan debitur, termasuk melihat riwayat pembayaran kredit di bank lama dan kemampuan finansial debitur.
- Pelunasan Kredit di Bank Lama: Jika disetujui, bank baru akan melunasi sisa kredit di bank lama.
- Peralihan Pembayaran: Setelah kredit dilunasi, debitur mulai melakukan pembayaran kepada bank baru sesuai dengan syarat dan ketentuan yang disepakati.
Apa Itu Over Kredit?
Sementara itu, over kredit adalah proses di mana kepemilikan suatu properti yang sedang dalam masa cicilan atau kredit dialihkan kepada pihak lain. Dalam over kredit, pemilik properti menjual rumah atau propertinya kepada pembeli, namun kredit atau cicilan yang masih tersisa belum dilunasi. Pembeli setuju untuk melanjutkan pembayaran cicilan atau kredit tersebut hingga lunas, dan kemudian mendapatkan hak kepemilikan atas properti tersebut.
Over kredit sering kali dipilih oleh seseorang yang ingin membeli properti tanpa harus membayar secara penuh di muka, terutama ketika harga pasar properti sudah naik, namun cicilan kredit dari penjual masih rendah.
Contoh Kasus Over Kredit
Misalnya, Pak Andi memiliki rumah yang sedang dalam masa KPR di Bank X dengan sisa cicilan 10 tahun. Karena Pak Andi ingin pindah kota, dia memutuskan untuk menjual rumah tersebut melalui over kredit. Bu Siti, yang tertarik membeli rumah tersebut, tidak perlu membayar harga penuh rumah. Sebagai gantinya, Bu Siti mengambil alih cicilan KPR Pak Andi di Bank X dan melanjutkan pembayaran kredit tersebut hingga lunas.
Dalam contoh ini, Bu Siti sebagai pembeli tidak perlu mencari pembiayaan baru dari bank, tetapi melanjutkan kredit yang sudah ada. Pak Andi, sebagai penjual, mendapat pembayaran dari Bu Siti yang setara dengan jumlah uang muka atau selisih antara harga jual rumah dan sisa cicilan yang masih berjalan. Setelah cicilan lunas, Bu Siti akan mendapatkan sertifikat rumah sepenuhnya.
Proses Over Kredit
Proses over kredit biasanya melibatkan:
- Kesepakatan Antara Penjual dan Pembeli: Penjual dan pembeli membuat kesepakatan mengenai harga rumah, jumlah sisa cicilan, dan siapa yang akan melanjutkan cicilan.
- Pengurusan di Bank: Bank tempat kredit berlangsung perlu diberitahu mengenai perpindahan kepemilikan dan pihak yang akan melanjutkan pembayaran cicilan. Bank juga akan menilai kelayakan kredit pembeli baru.
- Legalitas dan Notaris: Proses ini harus dilakukan secara legal melalui akta notaris untuk memastikan bahwa perpindahan hak atas properti sah dan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Perbedaan Utama Antara Take Over dan Over Kredit
Meski keduanya melibatkan pemindahan tanggung jawab kredit, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara take over dan over kredit:
Aspek | Take Over | Over Kredit |
---|---|---|
Pihak yang Terlibat | Pemindahan kredit dari satu bank ke bank lain, atau dari satu debitur ke debitur lain | Penjualan properti dengan kredit berjalan yang diambil alih oleh pembeli |
Proses | Melibatkan pengajuan ke bank baru, pelunasan kredit lama, dan pembayaran cicilan ke bank baru | Melibatkan kesepakatan antara penjual dan pembeli, serta pengurusan di bank terkait |
Tujuan | Untuk mendapatkan syarat kredit yang lebih baik, seperti suku bunga lebih rendah atau tenor lebih panjang | Untuk memindahkan kepemilikan properti yang masih dalam cicilan ke pihak lain |
Legalitas | Memerlukan dokumen resmi dari bank baru dan notaris | Memerlukan persetujuan dari bank yang memberikan kredit dan notaris |
Contoh | Pak Budi memindahkan KPR dari Bank A ke Bank B karena suku bunga yang lebih rendah | Pak Andi menjual rumahnya kepada Bu Siti dengan skema over kredit |
Kelebihan dan Kekurangan Take Over
Kelebihan
- Suku Bunga Lebih Rendah: Salah satu keunggulan utama dari take over adalah kesempatan untuk mendapatkan suku bunga yang lebih rendah, yang bisa mengurangi beban cicilan bulanan.
- Tenor Lebih Panjang: Dalam beberapa kasus, take over juga dapat memberikan kesempatan untuk memperpanjang tenor kredit, sehingga pembayaran cicilan menjadi lebih ringan.
- Pilihan Bank yang Lebih Baik: Jika bank baru menawarkan layanan dan produk yang lebih fleksibel atau menguntungkan, proses take over memungkinkan debitur memanfaatkannya.
Kekurangan
- Biaya Administrasi: Proses take over sering kali melibatkan biaya administrasi, biaya notaris, dan biaya penalti dari bank lama.
- Proses yang Memakan Waktu: Pengajuan dan penilaian kredit di bank baru bisa memakan waktu, terutama jika riwayat kredit debitur tidak sempurna.
Kelebihan dan Kekurangan Over Kredit
Kelebihan
- Pembayaran Awal Lebih Rendah: Bagi pembeli, over kredit memungkinkan mereka untuk membeli properti tanpa harus membayar harga penuh di muka. Mereka cukup melanjutkan cicilan yang tersisa.
- Harga Properti Lebih Murah: Dalam beberapa kasus, harga properti melalui over kredit bisa lebih murah dibandingkan dengan harga pasar saat ini, karena cicilan yang diambil alih berdasarkan harga awal kredit.
Kekurangan
- Risiko Kepemilikan: Jika proses over kredit tidak dilakukan secara legal dan resmi, pembeli dapat menghadapi risiko terkait kepemilikan properti. Pembeli perlu memastikan bahwa semua dokumen legal telah ditandatangani dengan benar.
- Ketergantungan pada Bank: Pembeli harus memenuhi persyaratan bank agar bisa melanjutkan cicilan. Jika bank tidak menyetujui pembeli sebagai debitur baru, proses over kredit bisa terhambat.
Kesimpulan
Take over dan over kredit adalah dua mekanisme yang sering digunakan dalam transaksi properti dengan fasilitas kredit. Take over adalah proses pemindahan kredit dari satu bank ke bank lain untuk mendapatkan syarat kredit yang lebih baik, sementara over kredit adalah proses penjualan properti yang masih dalam masa cicilan kepada pihak lain. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan, serta memerlukan prosedur legal yang harus diikuti dengan cermat.
Bagi pihak yang ingin memanfaatkan take over untuk mendapatkan kredit dengan bunga lebih rendah, atau over kredit untuk membeli properti dengan cicilan yang masih berjalan, penting untuk memahami perbedaan ini dengan baik agar dapat mengambil keputusan yang tepat dalam transaksi properti.