Periode kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, yang dimulai sekitar abad ke-4 hingga ke-15 Masehi, merupakan masa penting dalam sejarah nusantara. Pengaruh budaya India membawa transformasi besar dalam kehidupan masyarakat, mencakup sistem pemerintahan, agama, struktur sosial, seni, sastra, dan ekonomi. Kehidupan masyarakat pada masa ini mencerminkan perpaduan antara tradisi lokal dengan budaya Hindu-Buddha yang terintegrasi secara unik.
Artikel ini membahas berbagai aspek kehidupan masyarakat pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan bagaimana warisan tersebut memengaruhi kehidupan bangsa hingga saat ini.
Struktur Sosial Masyarakat
Kehidupan masyarakat pada masa kerajaan Hindu-Buddha ditandai dengan adanya stratifikasi sosial yang kuat, dipengaruhi oleh konsep kasta dalam agama Hindu. Struktur sosial ini berfungsi untuk mengatur peran dan tanggung jawab individu dalam masyarakat.
- Struktur Sosial Berdasarkan Kasta:
- Brahmana: Golongan pendeta dan cendekiawan yang menguasai ajaran agama dan ritual. Mereka dianggap sebagai kelas tertinggi dan memiliki peran penting dalam pemerintahan dan pendidikan.
- Ksatria: Kelas bangsawan dan prajurit yang bertanggung jawab atas pemerintahan dan pertahanan kerajaan. Raja dan keluarganya termasuk dalam kasta ini.
- Waisya: Golongan pedagang, petani, dan pengrajin yang berperan dalam aktivitas ekonomi.
- Sudra: Kelas pekerja atau pelayan yang menjalankan tugas-tugas sederhana dalam masyarakat.
Contoh:
Di Kerajaan Majapahit, struktur sosial ini diterapkan dengan fleksibilitas, di mana sistem kasta Hindu bercampur dengan adat lokal, sehingga tidak seketat seperti di India.
- Peran Wanita dalam Masyarakat: Wanita pada masa kerajaan Hindu-Buddha memiliki peran penting, terutama dalam kehidupan keluarga dan ekonomi. Di beberapa kerajaan, wanita juga memainkan peran politik, seperti Tribhuwanatunggadewi, seorang ratu Majapahit yang memimpin sebelum Hayam Wuruk naik takhta.
Sistem Pemerintahan dan Hukum
Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia memiliki sistem pemerintahan monarki yang terpusat di bawah kekuasaan raja. Raja dianggap sebagai perwakilan dewa di bumi (dewa-raja), sehingga memiliki otoritas politik sekaligus religius.
- Konsep Dewa-Raja: Konsep ini menyatakan bahwa raja adalah titisan atau wakil dewa di bumi. Hal ini memberi legitimasi religius terhadap kekuasaan raja. Upacara penobatan dan ritual keagamaan sering dilakukan untuk memperkuat status raja.
Contoh:
Di Kerajaan Singasari, Raja Kertanegara dianggap sebagai titisan Siwa-Buddha, mencerminkan sinkretisme Hindu dan Buddha.
- Hukum dan Peraturan: Hukum yang berlaku pada masa ini sering kali berdasarkan pada Dharmaśāstra, kitab hukum Hindu, yang diadaptasi dengan tradisi lokal. Sistem pengadilan dipimpin oleh Brahmana atau pejabat kerajaan yang memiliki pengetahuan tentang agama dan adat istiadat.
Kehidupan Ekonomi
Ekonomi masyarakat pada masa kerajaan Hindu-Buddha bersifat agraris-maritim. Sumber utama pendapatan berasal dari sektor pertanian, perdagangan, dan pajak.
- Pertanian sebagai Tulang Punggung Ekonomi:
- Sistem irigasi yang maju, seperti subak di Bali, memungkinkan masyarakat mengelola lahan sawah secara efisien.
- Padi menjadi komoditas utama, di samping hasil pertanian lain seperti kelapa, rempah-rempah, dan tebu.
- Perdagangan Antar-Negara:
- Letak strategis Indonesia di jalur perdagangan internasional menjadikan kerajaan Hindu-Buddha sebagai pusat perdagangan.
- Pelabuhan seperti Barus, Sriwijaya, dan Gresik menjadi titik penting bagi pedagang dari India, Tiongkok, Arab, dan Eropa.
Contoh:
Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat perdagangan maritim yang mendominasi jalur perdagangan di Selat Malaka pada abad ke-7 hingga ke-13.
- Pajak dan Upeti: Raja mengumpulkan pajak dari hasil pertanian dan perdagangan. Selain itu, kerajaan bawahan memberikan upeti kepada kerajaan pusat sebagai bentuk kesetiaan.
Kehidupan Keagamaan dan Budaya
Masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia merupakan periode perkembangan besar dalam agama, seni, dan sastra. Agama Hindu dan Buddha tidak hanya menjadi keyakinan tetapi juga memengaruhi gaya hidup, seni, dan struktur sosial.
- Sinkretisme Hindu-Buddha:
- Kedua agama ini sering kali menyatu dengan tradisi lokal. Sinkretisme ini menciptakan praktik keagamaan unik yang berbeda dari India.
- Konsep Siwa-Buddha di Jawa adalah salah satu contoh sinkretisme ini, di mana unsur Hindu dan Buddha digabungkan dalam satu sistem kepercayaan.
Contoh:
Candi Borobudur, sebuah monumen Buddha, memiliki relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat serta ajaran Buddha, mencerminkan harmoni antara seni dan agama.
- Karya Sastra dan Pendidikan:
- Masyarakat menghasilkan karya sastra epik seperti Ramayana dan Mahabharata, yang diadaptasi dalam bahasa dan tradisi lokal.
- Pendidikan diajarkan di ashram atau tempat belajar yang dipimpin oleh Brahmana.
Contoh:
Kitab Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa pada masa Kerajaan Kediri adalah salah satu mahakarya sastra yang menggabungkan nilai-nilai Hindu dengan kisah lokal.
- Seni dan Arsitektur:
- Seni ukir, patung, dan arsitektur berkembang pesat. Candi-candi besar seperti Prambanan dan Borobudur menjadi simbol kejayaan seni dan agama masa itu.
- Relief candi tidak hanya mencerminkan ajaran agama tetapi juga kehidupan sehari-hari masyarakat.
Contoh:
Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Indonesia, yang didedikasikan untuk Trimurti (Brahma, Wisnu, Siwa), menunjukkan pengaruh budaya India.
Hubungan dengan Dunia Luar
Hubungan dagang dan diplomasi internasional berkembang pesat selama masa kerajaan Hindu-Buddha. Hubungan ini membawa pengaruh budaya, agama, dan teknologi baru ke Indonesia.
- Hubungan dengan India: India menjadi sumber utama pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia. Hubungan ini terjalin melalui jalur perdagangan dan pelayaran.
- Hubungan dengan Tiongkok: Kerajaan seperti Sriwijaya memiliki hubungan erat dengan Tiongkok, terutama dalam perdagangan dan penyebaran agama Buddha. Banyak biksu Buddha dari Tiongkok singgah di Sriwijaya dalam perjalanan mereka ke India.
Contoh:
Biksu Tiongkok I-Tsing mencatat kunjungannya ke Sriwijaya pada abad ke-7, menggambarkan kerajaan ini sebagai pusat studi agama Buddha.
Warisan Masa Hindu-Buddha
Warisan dari masa kerajaan Hindu-Buddha masih terasa hingga kini, baik dalam bentuk fisik maupun budaya:
- Arsitektur: Candi Borobudur dan Prambanan menjadi situs warisan dunia UNESCO.
- Seni Pertunjukan: Wayang kulit yang mengadaptasi kisah Ramayana dan Mahabharata.
- Adat dan Tradisi: Upacara adat di Bali masih menggabungkan elemen Hindu dengan tradisi lokal.
Kesimpulan
Kehidupan masyarakat pada masa kerajaan Hindu-Buddha mencerminkan perpaduan budaya lokal dengan pengaruh India, menghasilkan sistem sosial, pemerintahan, dan budaya yang unik. Masa ini menjadi fondasi penting bagi perkembangan sejarah, budaya, dan identitas Indonesia.
Warisan masa Hindu-Buddha tidak hanya terlihat dalam seni dan arsitektur, tetapi juga dalam nilai-nilai budaya dan spiritual yang masih hidup di berbagai daerah. Periode ini mengajarkan pentingnya adaptasi budaya dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berdaya tahan.