1. Apa Itu Paternalisme?

Paternalisme adalah konsep di mana seseorang atau otoritas tertentu mengambil keputusan untuk orang lain atas nama kebaikan mereka, bahkan jika orang yang diambilkan keputusan itu mungkin tidak setuju. Dalam kata lain, paternalisme bisa diartikan sebagai sikap “sok tahu” di mana pihak yang lebih berkuasa merasa bahwa mereka lebih memahami apa yang terbaik untuk orang lain, mirip dengan bagaimana seorang orang tua (asumsi dasarnya adalah ayah, makanya disebut “paternalisme”) mengambil keputusan untuk anaknya.

Istilah ini sering digunakan dalam konteks hubungan antara pemerintah dan masyarakat, dokter dan pasien, atau bahkan antara perusahaan dan karyawannya. Dalam situasi ini, pihak yang lebih kuat atau lebih berkuasa merasa perlu mengambil tindakan untuk melindungi, mengarahkan, atau membimbing pihak yang dianggap “lebih lemah” atau “kurang tahu.”

2. Contoh Paternalisme dalam Kehidupan Sehari-hari

Paternalisme sebenarnya sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa contoh sederhana adalah:

  • Larangan merokok di tempat umum: Pemerintah melarang masyarakat untuk merokok di tempat umum, bukan karena orang tidak tahu bahaya merokok, tapi karena pemerintah merasa perlu melindungi orang-orang lain dari bahaya asap rokok.
  • Helm motor atau sabuk pengaman wajib: Banyak negara mewajibkan pengendara sepeda motor untuk memakai helm dan pengendara mobil untuk mengenakan sabuk pengaman. Ini adalah contoh paternalisme karena meskipun kita sebagai individu mungkin ingin tidak memakai helm atau sabuk pengaman, pemerintah merasa perlu “mengambil keputusan” untuk kita demi keselamatan kita sendiri.
  • Kebijakan minuman beralkohol: Di beberapa negara, ada batasan usia untuk membeli minuman beralkohol, biasanya 18 atau 21 tahun. Ini adalah bentuk paternalisme di mana pemerintah merasa bahwa orang di bawah usia tersebut belum cukup matang untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab tentang konsumsi alkohol.
  • Dokter yang mengambil keputusan untuk pasien: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin mengambil keputusan medis untuk pasien tanpa persetujuan penuh pasien, terutama jika pasien dianggap tidak bisa membuat keputusan yang tepat karena kondisi fisiknya atau mentalnya.

3. Jenis Paternalisme

Paternalisme bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada seberapa banyak kebebasan individu yang dibatasi. Berikut adalah dua jenis paternalisme yang paling umum:

  1. Paternalisme Keras (Hard Paternalism): Ini terjadi ketika seseorang atau otoritas mengambil keputusan untuk orang lain meskipun orang itu sebenarnya memiliki kapasitas untuk membuat keputusan sendiri. Misalnya, jika pemerintah melarang konsumsi alkohol secara total, bahkan bagi orang dewasa yang sepenuhnya sadar akan konsekuensinya, itu adalah paternalisme keras. Pada jenis ini, kebebasan individu dibatasi secara signifikan.
  2. Paternalisme Lembut (Soft Paternalism): Paternalisme lembut terjadi ketika keputusan diambil untuk melindungi seseorang yang dianggap tidak mampu membuat keputusan yang rasional atau informatif. Contohnya, melarang anak kecil untuk menonton film dewasa atau melindungi orang yang sedang dalam kondisi mabuk dari bahaya yang mungkin mereka lakukan pada diri mereka sendiri. Di sini, pembatasan kebebasan hanya dilakukan ketika dianggap bahwa individu tersebut tidak dapat berpikir jernih.

4. Paternalisme dalam Pemerintahan

Dalam konteks pemerintahan, paternalisme sering muncul dalam bentuk kebijakan publik yang dirancang untuk melindungi masyarakat dari tindakan yang dianggap merugikan. Pemerintah sering kali merasa bertanggung jawab untuk “melindungi warganya dari diri mereka sendiri”. Misalnya, pajak tambahan untuk produk yang dianggap berbahaya seperti rokok atau minuman manis (yang dikenal sebagai “sin tax”) adalah contoh nyata paternalisme dalam kebijakan publik. Tujuannya adalah membuat produk-produk tersebut lebih mahal dan, dengan demikian, mengurangi konsumsinya untuk kebaikan masyarakat secara keseluruhan.

Di satu sisi, kebijakan semacam ini bisa dipandang sebagai upaya positif untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, ada argumen bahwa ini juga bisa dianggap sebagai cara pemerintah untuk terlalu campur tangan dalam kehidupan pribadi warganya, membatasi kebebasan pribadi mereka.

5. Paternalisme dalam Dunia Medis

Dalam dunia medis, paternalisme sering kali terkait dengan keputusan yang diambil oleh dokter untuk pasien. Di masa lalu, dokter sering membuat keputusan untuk pasien mereka tanpa banyak berkonsultasi, dengan asumsi bahwa mereka tahu yang terbaik. Namun, pendekatan ini sekarang mulai ditinggalkan, dan lebih banyak dokter yang beralih ke model “informed consent” atau persetujuan berdasarkan informasi.

Dalam model informed consent, dokter memberikan semua informasi yang diperlukan kepada pasien tentang kondisi medis dan pilihan pengobatan, lalu pasien sendiri yang memutuskan langkah apa yang akan diambil. Meski begitu, dalam situasi darurat atau pada pasien yang dianggap tidak mampu membuat keputusan rasional (misalnya karena koma atau kondisi mental), dokter mungkin masih harus mempraktikkan paternalisme.

6. Kritik terhadap Paternalisme

Paternalisme sering kali dikritik karena dianggap membatasi kebebasan individu dan meremehkan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri. Ada beberapa alasan mengapa paternalisme dianggap problematik:

  • Mengurangi Otonomi Pribadi: Salah satu kritik utama terhadap paternalisme adalah bahwa itu mengurangi kebebasan individu untuk menentukan nasibnya sendiri. Orang yang menentang paternalisme sering berargumen bahwa setiap orang punya hak untuk membuat keputusan sendiri, bahkan jika keputusan itu buruk untuk mereka.
  • Meremehkan Kemampuan Individu: Paternalisme cenderung menganggap bahwa otoritas (seperti pemerintah atau dokter) selalu tahu yang terbaik, dan ini bisa meremehkan kemampuan individu untuk memahami risiko dan membuat keputusan yang bijaksana.
  • Melemahkan Tanggung Jawab Pribadi: Ada juga anggapan bahwa paternalisme bisa membuat orang menjadi bergantung pada pihak lain (misalnya pemerintah) untuk mengambil keputusan bagi mereka, yang pada akhirnya melemahkan rasa tanggung jawab pribadi.

7. Kapan Paternalisme Diperlukan?

Meskipun ada banyak kritik, beberapa ahli berpendapat bahwa paternalisme kadang-kadang diperlukan, terutama ketika menyangkut keselamatan atau kesehatan publik. Misalnya, larangan merokok di tempat umum mungkin bisa dianggap sebagai pelanggaran kebebasan pribadi, tapi pada saat yang sama, itu melindungi orang lain dari paparan asap rokok yang berbahaya.

Selain itu, dalam situasi di mana seseorang tidak dapat membuat keputusan yang rasional (seperti anak-anak, orang mabuk, atau orang dengan gangguan mental), paternalisme sering kali dianggap sebagai cara yang sah untuk melindungi mereka dari bahaya.

8. Kesimpulan

Paternalisme adalah konsep yang rumit, dan seperti halnya banyak hal lain dalam kehidupan, ada sisi baik dan buruknya. Di satu sisi, paternalisme bisa dilihat sebagai cara untuk melindungi orang dari bahaya dan memastikan kesejahteraan mereka. Di sisi lain, itu bisa dianggap sebagai cara untuk membatasi kebebasan individu dan meremehkan kemampuan orang untuk membuat keputusan terbaik untuk diri mereka sendiri.

Pada akhirnya, apakah paternalisme itu baik atau buruk bergantung pada konteks. Kadang-kadang, kita memang butuh “orang tua” yang membuat keputusan untuk kita, terutama dalam situasi di mana kita tidak mampu berpikir jernih. Tapi di lain kesempatan, kebebasan untuk memilih — bahkan jika itu berarti membuat keputusan yang buruk — adalah bagian penting dari hidup sebagai manusia.

Paternalisme | Apa itu, Ciri-ciri, Kelebihan, Kekurangan, Contoh

Dari sudut pandang psikologis, posisi paternalistik menganggap orang dewasa sebagai anak-anak, menjadikan mereka kekanak-kanakan untuk lebih memperkuat otoritasnya.