Jadi, pernah gak kamu merasakan hidup seperti naik roller coaster emosi? Kadang merasa super semangat, optimis, dan penuh energi, tapi di lain waktu, tiba-tiba merasa down banget, sedih tanpa alasan yang jelas. Nah, kalau kamu sering ngalamin hal seperti ini dalam jangka waktu yang lama, mungkin kamu perlu tahu tentang siklotimia.

Siklotimia atau dalam bahasa medis disebut juga Cyclothymic Disorder, adalah salah satu jenis gangguan suasana hati (mood disorder) yang menyebabkan perubahan mood yang naik turun, tapi gak se-ekstrem gangguan bipolar. Jadi, kalau dalam bipolar ada fase mania (super-duper semangat) dan depresi (down banget), di siklotimia perubahan mood-nya lebih “ringan”. Tapi jangan salah, meski lebih ringan, siklotimia tetap bisa mengganggu kehidupan sehari-hari lho.

Gejala Siklotimia

Siklotimia ini ditandai sama fluktuasi mood yang berlangsung lama, biasanya minimal dua tahun pada orang dewasa, atau satu tahun pada anak-anak dan remaja. Orang yang mengalami siklotimia bakal ngalamin dua fase utama, yaitu fase naik (hipomania) dan fase turun (depresi ringan).

  1. Fase Hipomania:
    • Merasa sangat berenergi, seperti punya “baterai” ekstra.
    • Lebih banyak bicara dari biasanya.
    • Punya banyak ide dan merasa bisa melakukan banyak hal sekaligus.
    • Kadang jadi impulsif, misalnya belanja tanpa mikir panjang atau ambil keputusan gegabah.
  2. Fase Depresi Ringan:
    • Merasa sedih atau tertekan tanpa alasan jelas.
    • Kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya menyenangkan.
    • Mudah lelah atau merasa lesu.
    • Susah konsentrasi, sering merasa tidak berharga, dan mungkin mudah tersinggung.

Nah, perbedaan mendasar antara siklotimia dan gangguan bipolar adalah intensitasnya. Pada gangguan bipolar, naik-turunnya mood sangat ekstrem, sedangkan pada siklotimia lebih moderat, tapi tetap terasa mengganggu.

Penyebab Siklotimia

Sampai sekarang, penyebab pasti siklotimia belum diketahui secara jelas. Tapi, para ahli percaya bahwa kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan kimia otak berperan besar. Kalau ada riwayat keluarga yang punya gangguan mood seperti bipolar atau depresi, risiko mengalami siklotimia juga bisa lebih tinggi.

Selain itu, stres berkepanjangan, trauma emosional, atau peristiwa besar dalam hidup (seperti kehilangan orang yang dicintai atau masalah dalam hubungan) juga bisa jadi pemicu munculnya siklotimia.

Dampak Siklotimia dalam Kehidupan Sehari-hari

Walau gejalanya tidak separah bipolar, siklotimia tetap bisa bikin hidup jadi gak stabil. Perubahan mood yang terus-menerus bisa bikin pekerjaan, hubungan dengan orang lain, bahkan kesehatan mental sendiri jadi terganggu. Kadang, orang yang mengalami siklotimia merasa kelelahan karena mood mereka gak pernah benar-benar “normal” dalam waktu lama.

Misalnya, dalam fase hipomania, seseorang mungkin merasa bisa melakukan banyak hal, jadi suka mengambil banyak tanggung jawab sekaligus. Tapi ketika masuk ke fase depresi, mereka jadi kehilangan motivasi dan tidak bisa menyelesaikan apa yang sudah mereka mulai. Ini bisa bikin frustrasi dan menurunkan rasa percaya diri.

Cara Mengatasi Siklotimia

Siklotimia bisa dikelola, kok. Tapi, karena ini adalah kondisi jangka panjang, penting banget buat mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat. Biasanya, perawatan siklotimia mencakup kombinasi terapi psikologis dan pengobatan.

  1. Psikoterapi:
    Salah satu metode yang paling umum adalah terapi kognitif-perilaku (CBT). Terapi ini membantu kamu memahami pola pikir yang bisa memperburuk suasana hati, sekaligus memberikan strategi untuk mengelola gejala yang muncul.
  2. Obat-obatan:
    Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat penstabil suasana hati atau antidepresan, tergantung seberapa parah gejalanya.
  3. Perubahan Gaya Hidup:
    Hidup dengan siklotimia juga membutuhkan perawatan diri yang baik. Misalnya, rutin berolahraga, menjaga pola makan yang sehat, tidur cukup, dan menghindari alkohol atau zat-zat yang bisa memperburuk mood.
  4. Dukungan dari Orang Terdekat:
    Bicarakan kondisi ini dengan orang-orang di sekitar kamu. Dukungan dari keluarga, teman, atau pasangan bisa sangat membantu dalam melewati masa-masa sulit.

Siklotimia vs. Bipolar: Apa Bedanya?

Seringkali, siklotimia disalahartikan sebagai gangguan bipolar, karena keduanya sama-sama melibatkan perubahan mood. Tapi, ada perbedaan besar antara keduanya:

  • Intensitas: Pada bipolar, fase mania dan depresi sangat ekstrem. Sementara pada siklotimia, fase hipomania dan depresi ringan, jadi perubahan mood-nya lebih “halus” meskipun tetap mengganggu.
  • Durasi: Pada bipolar, fase mania atau depresi bisa berlangsung lebih lama dan lebih intens. Siklotimia, di sisi lain, cenderung melibatkan perubahan mood yang lebih sering tapi tidak terlalu dalam.

Apakah Siklotimia Bisa Sembuh?

Siklotimia adalah kondisi kronis, artinya gak bisa sembuh sepenuhnya. Tapi, jangan khawatir! Dengan perawatan yang tepat, kamu bisa mengelola gejalanya dan tetap menjalani kehidupan yang produktif dan bahagia. Yang penting adalah sadar akan kondisi ini dan mencari bantuan medis jika diperlukan.

Penutup

Siklotimia mungkin terdengar menakutkan karena melibatkan perubahan mood yang terus-menerus, tapi dengan dukungan yang tepat dan penanganan yang baik, kondisi ini bisa dikelola. Kalau kamu merasa mengalami gejala-gejalanya, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Ingat, kesehatan mental itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik, jadi gak ada salahnya untuk peduli dan merawat diri sendiri dengan baik.

Semoga artikel ini membantu kamu lebih memahami siklotimia, dan jika perlu, cari pertolongan yang tepat ya!

Siklotimia: Memahami Gangguan Mood yang Sering Terabaikan

Ketika kita berbicara tentang gangguan mood, seringkali yang pertama kali terlintas dalam pikiran adalah depresi atau bipolar. Namun, ada satu kondisi yang sering kali luput dari perhatian…