Strukturalisme, kedengarannya berat ya? Tapi tenang, kita akan coba membahasnya dengan bahasa yang lebih santai dan mudah dipahami. Jadi, kalau kamu penasaran tentang apa itu strukturalisme, yuk kita mulai dari dasarnya dulu.
Apa Itu Strukturalisme?
Strukturalisme adalah sebuah pendekatan atau cara pikir yang melihat dunia ini sebagai sebuah sistem yang terstruktur. Maksudnya gimana? Jadi, buat penganut strukturalisme, segala hal di sekitar kita itu punya pola, aturan, atau struktur tertentu yang membentuk bagaimana hal-hal itu bekerja atau terhubung satu sama lain.
Pendekatan ini pertama kali populer di dunia linguistik (ilmu bahasa), tapi kemudian merambah ke berbagai bidang lain, seperti antropologi, sastra, hingga psikologi. Intinya, strukturalisme itu menganggap bahwa di balik permukaan yang kita lihat, ada struktur tersembunyi yang mengatur segala sesuatu.
Asal Mula Strukturalisme
Strukturalisme pertama kali berkembang pada awal abad ke-20. Salah satu tokoh yang dianggap sebagai “bapak” strukturalisme adalah Ferdinand de Saussure, seorang ahli bahasa asal Swiss. Saussure menekankan bahwa bahasa itu bukan cuma sekadar kumpulan kata-kata, tapi juga sistem tanda yang memiliki hubungan antara satu dengan yang lain. Kata-kata bukan sekadar mewakili benda, tetapi maknanya ditentukan oleh struktur dan hubungan antar kata dalam bahasa tersebut.
Misalnya, kata “kucing” tidak punya arti sendiri kalau tidak ada kata lain seperti “anjing” atau “hewan” untuk dibandingkan. Jadi, makna muncul dari perbedaan dan hubungan antar elemen dalam sistem bahasa.
Prinsip Utama Strukturalisme
Ada beberapa prinsip yang dipegang oleh para strukturalis, antara lain:
- Segala sesuatu adalah bagian dari sistem
Tidak ada yang berdiri sendiri. Setiap elemen, entah itu dalam bahasa, budaya, atau pikiran manusia, terkait satu sama lain dan membentuk sistem besar yang lebih kompleks. - Makna muncul dari hubungan antar elemen
Seperti yang dijelaskan tadi, makna tidak datang dari satu elemen saja, tetapi dari bagaimana elemen-elemen itu berinteraksi atau berhubungan satu sama lain. - Struktur lebih penting daripada elemen individual
Bagi strukturalis, yang penting bukanlah elemen tunggal, melainkan struktur atau pola yang mengatur elemen-elemen tersebut. Ini seperti bagaimana aturan dalam sebuah permainan lebih penting daripada keping atau benda yang digunakan dalam permainan itu sendiri. - Struktur bersifat tetap atau stabil
Meskipun elemen-elemen dalam struktur bisa berubah, hubungan dasar atau pola dalam struktur itu sendiri dianggap tetap dan stabil.
Strukturalisme dalam Berbagai Bidang
Meskipun awalnya berkembang dalam linguistik, strukturalisme kemudian berkembang ke berbagai bidang ilmu lain. Nah, ini beberapa contoh penerapan strukturalisme di berbagai bidang:
- Linguistik
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Saussure mengembangkan struktur bahasa yang terdiri dari “penanda” (kata atau simbol) dan “petanda” (konsep yang diwakili kata). Contohnya, kata “kursi” adalah penanda, sedangkan ide tentang “tempat duduk” adalah petanda. - Antropologi
Strukturalisme di bidang antropologi dipopulerkan oleh tokoh seperti Claude Lévi-Strauss. Dia berargumen bahwa kebudayaan manusia di berbagai belahan dunia memiliki struktur dasar yang sama. Misalnya, pola-pola dalam mitos atau cerita rakyat seringkali punya kesamaan, meskipun berasal dari budaya yang berbeda. - Sastra
Dalam kajian sastra, para strukturalis mencoba menemukan struktur atau pola yang mendasari teks-teks sastra. Alih-alih melihat teks sebagai karya individual, mereka melihatnya sebagai bagian dari sistem besar (misalnya genre atau gaya penulisan tertentu) yang mengikuti aturan tertentu. - Psikologi
Dalam psikologi, strukturalisme pernah menjadi pendekatan awal yang berusaha memetakan struktur kesadaran manusia. Tokoh seperti Wilhelm Wundt mencoba menganalisis pikiran manusia berdasarkan elemen-elemen dasar kesadaran, seperti sensasi, perasaan, dan persepsi.
Kritik Terhadap Strukturalisme
Meskipun strukturalisme cukup populer, tentu saja ada kritik yang dilontarkan terhadap pendekatan ini. Beberapa kritik utama adalah:
- Terlalu mengabaikan peran individu
Strukturalisme sering dianggap terlalu fokus pada struktur dan sistem, sehingga mengabaikan peran individu atau subjektivitas. Padahal, pengalaman dan interpretasi individu juga penting, terutama dalam bidang seperti sastra atau psikologi. - Menganggap struktur sebagai sesuatu yang tetap
Strukturalisme cenderung melihat struktur sebagai sesuatu yang stabil dan tidak berubah. Namun, banyak teori modern (seperti post-strukturalisme) menekankan bahwa struktur itu bisa fleksibel, berubah, dan tidak selalu kaku. - Sulit diaplikasikan secara universal
Meskipun strukturalisme mencoba menemukan pola atau struktur umum di berbagai budaya atau bahasa, kenyataannya tidak semua pola bisa diterapkan di semua konteks. Setiap budaya atau bahasa punya keunikan yang mungkin tidak bisa dijelaskan dengan pola struktural yang umum.
Kesimpulan
Strukturalisme adalah pendekatan yang mencoba melihat dunia sebagai sebuah sistem yang terstruktur, di mana makna muncul dari hubungan antar elemen dalam sistem tersebut. Meskipun awalnya berkembang di bidang linguistik, pendekatan ini kemudian diperluas ke antropologi, sastra, psikologi, dan banyak bidang lainnya.
Namun, seperti halnya teori-teori lain, strukturalisme juga punya kelemahan dan kritik. Meskipun begitu, pengaruhnya dalam dunia pemikiran sangat besar, dan banyak ide-idenya masih digunakan hingga saat ini.
Jadi, bisa dibilang, strukturalisme mengajarkan kita untuk tidak hanya melihat permukaan, tapi juga mencari pola dan struktur yang tersembunyi di balik segala sesuatu. Menarik, kan?