Militerisme | Apa itu, ciri-ciri, sebab, akibat, kritik, sejarah

Ketika kita berbicara tentang militerisme, kita memasuki dunia yang kompleks dan kontroversial, di mana kekuatan militer memainkan peran sentral dalam berbagai aspek kehidupan suatu negara. Mari kita telusuri lebih dalam tentang konsep yang telah membentuk sejarah dan politik dunia ini.

Pendahuluan

Militerisme adalah sebuah ideologi atau sistem pemerintahan yang menekankan kekuatan militer sebagai komponen utama dalam menjalankan kekuasaan negara. Konsep ini melibatkan pengaruh yang kuat dari militer dalam kebijakan domestik dan luar negeri, serta dalam kehidupan sosial masyarakat. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek militerisme, dampaknya terhadap masyarakat, serta pro dan kontra yang menyertainya.

Saat ini, karena semua konflik dunia yang muncul sepanjang sejarah, negara-negara telah memahami betapa relevannya kekuatan militer yang ada di dalam diri mereka, itulah sebabnya semua negara saat ini memiliki tentara untuk melindungi warga negaranya, yang mempunyai konsekuensi dari tindakan mereka pengaruh yang kuat dalam politik.

Apa itu militerisme?

Militerisme berbicara tentang ketika angkatan bersenjata (seluruh institusinya) memberikan pengaruh yang kuat terhadap kepemimpinan atau formasi politik suatu negara. Pihak militer membela arus ini karena menurut disiplin, norma, nilai-nilai dan persiapan radikal yang membentuk ideologi mereka, merekalah yang paling cocok untuk mengambil posisi komando tinggi di suatu negara dan membimbingnya melalui kebijakan mereka ” Jika Anda menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang .

Definisi

Militerisme merupakan salah satu doktrin yang mendominasi dalam pengelolaan pemerintahan suatu negara, pengaruh militerlah yang ada untuk mempertahankan dan melindungi kehidupan suatu bangsa, penduduknya dan kebijakan negaranya pada gilirannya dijaga oleh dominasi tersebut. .

Akar Sejarah Militerisme

Untuk memahami militerisme modern, kita perlu menelusuri akar sejarahnya. Konsep ini telah ada sejak zaman kuno, di mana kekuatan militer sering kali menjadi penentu kekuasaan dan stabilitas suatu negara. Dari kekaisaran Romawi hingga dinasti-dinasti di Asia, militer telah lama memegang peran penting dalam struktur kekuasaan.

Seiring berjalannya waktu, militerisme berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Revolusi industri dan kemajuan teknologi membawa perubahan signifikan dalam cara militer beroperasi dan mempengaruhi masyarakat. Perang Dunia I dan II menjadi titik balik penting, di mana kekuatan militer menjadi fokus utama banyak negara dalam upaya mempertahankan kedaulatan dan memperluas pengaruh mereka.

Karakteristik Utama Militerisme

Salah satu aspek penting untuk dipertimbangkan adalah karakteristik utama militerisme. Sistem ini umumnya ditandai oleh beberapa ciri khas yang membedakannya dari bentuk pemerintahan lainnya.

Pertama, ada penekanan yang kuat pada hierarki dan disiplin. Struktur komando yang ketat dan kepatuhan terhadap otoritas menjadi nilai-nilai inti dalam masyarakat militeristik. Kedua, alokasi sumber daya negara yang signifikan untuk keperluan militer, seringkali mengorbankan sektor-sektor lain seperti pendidikan atau kesehatan. Ketiga, glorifikasi nilai-nilai militer dalam masyarakat sipil, termasuk keberanian, pengorbanan, dan patriotisme yang kadang berlebihan.

Selain itu, militerisme sering dikaitkan dengan kebijakan luar negeri yang agresif dan kecenderungan untuk menyelesaikan konflik melalui kekuatan militer daripada diplomasi. Karakteristik-karakteristik ini membentuk dasar dari sistem militeristik dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan bernegara.

Dampak Militerisme terhadap Masyarakat

Ketika kita membahas tentang militerisme, penting untuk menganalisis dampaknya terhadap masyarakat. Pengaruh militerisme dapat dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara.

Di satu sisi, militerisme dapat memperkuat rasa keamanan nasional dan kohesi sosial. Masyarakat yang hidup di bawah sistem militeristik seringkali memiliki rasa patriotisme yang kuat dan kesiapan untuk membela negara. Namun, di sisi lain, militerisme juga dapat membawa dampak negatif. Penekanan berlebihan pada kekuatan militer dapat mengakibatkan pengabaian terhadap sektor-sektor penting lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.

Lebih jauh lagi, militerisme dapat mengancam kebebasan sipil dan demokrasi. Dalam beberapa kasus, pemerintahan militer telah dikaitkan dengan pelanggaran hak asasi manusia, penindasan terhadap oposisi politik, dan pembatasan kebebasan pers. Hal ini dapat menciptakan atmosfer ketakutan dan ketidakpercayaan dalam masyarakat.

Militerisme dalam Konteks Global Modern

Dalam era globalisasi saat ini, militerisme terus berevolusi dan beradaptasi dengan dinamika internasional yang baru. Meskipun bentuk klasik militerisme yang ditandai oleh kudeta militer dan diktator militer telah berkurang, pengaruh militer dalam politik global tetap signifikan.

Saat ini, militerisme sering muncul dalam bentuk yang lebih halus. Misalnya, melalui alokasi anggaran yang besar untuk pertahanan, pengembangan teknologi militer canggih, atau penggunaan kekuatan militer dalam operasi “perdamaian” internasional. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan China sering dianggap sebagai contoh modern dari praktik militerisme, meskipun dalam bentuk yang berbeda dari militerisme klasik.

Perkembangan teknologi juga membawa dimensi baru dalam militerisme modern. Perang siber, penggunaan drone, dan senjata otonomis menjadi fokus baru dalam strategi militer, memunculkan pertanyaan-pertanyaan etis dan hukum yang kompleks.

Ciri-ciri militerisme

Di antara ciri-ciri utama militerisme adalah:

  • Biasanya angkatan bersenjata berada di bawah komando seorang kepala negara, yang mengarahkan mereka berdasarkan serangkaian aturan yang menjadi ciri pembentukan dan pemeliharaan angkatan bersenjata.
  • Orang yang tergabung dalam angkatan bersenjata disebut tentara, yaitu mereka yang melakukan penyerangan untuk mempertahankan kedaulatan suatu negara, tanpa mereka tidak akan ada yang dieksekusi.
  • Desain tentara berbanding lurus dengan Negara, karena setiap negara memiliki ancaman intra dan ekstrateritorial yang berbeda tergantung pada lokasi geografisnya, kebutuhan yang berbeda, apakah tingkat kejahatan dan korupsinya rendah atau tinggi, seperti apa tingkat perekonomiannya. dan seberapa padat penduduknya.
  • Struktur dasarnya berdasarkan Hirarki, terdapat pasukan dan perwira militer dengan pangkat berbeda

Sejarah

Secara historis, istilah militerisme pertama kali digunakan untuk merujuk pada Kerajaan pertama seperti Sparta, Jepang, Jerman, Jerman-Nazi, Kerajaan Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat yang pertama, dan yang pertama menggunakannya adalah Louis Blanc dan Pierre Joseph Proudhon. .keduanya Perancis, sekitar abad ke-19 dan diterapkan di Kerajaan Prusia (Jerman)

Begitu pula sejak tahun 1644, kerajaan tersebut merekrut tentara bayaran yang ahli dalam senjata dan teknik tempur untuk pertahanan pribadi, yang pada saat itu juga ada untuk warga sipil, namun mereka semua direkrut untuk membentuk kelompok orang pertama yang bertugas melindungi pada masa pemerintahan. Frederick William I. yang didalilkan sebagai “Sersan Raja”.

Raja ini menciptakan peraturan dan hukuman pertama bagi para militan dan membuat sebuah lembaga untuk pelatihan perwira profesional, hal ini mengakibatkan penggandaan angkatan bersenjata sehingga menjadi tentara terbesar ke-4 di Eropa.

Kemudian penerusnya yang merupakan putranya Frederick II terus mengoptimalkan tentara imperialis dan memperluas seni militer melampaui batas negara, dan mencakup banyak bidang dalam masyarakat mulai dari perdagangan hingga aliran Aristokrat.

Penyebab

Penyebab utamanya adalah:

  • Di bawah kendali kekuasaan suatu negara oleh penguasa, situasi di luar kendali Negara dan angkatan bersenjata harus melakukan intervensi
  • Persaingan yang mungkin terjadi baik di tingkat nasional maupun internasional.
  • Ketidakpuasan terhadap kepemimpinan atau kecenderungan politik yang dimiliki suatu negara.
  • Sedikitnya kepedulian dan perhatian terhadap militer akan mengurangi pentingnya dan nilai militer.

Konsekuensi

Konsekuensi utama dari militerisme adalah:

  • Berakhir dengan penerapan hukum atau prinsip militer terhadap kehidupan sipil, yang secara serius mengancam kebebasan sipil yang mendasar
  • Gangguan Politik
  • Mereka mempunyai kategori-kategori yang sangat kaku dan radikal dalam pembentukan suatu masyarakat
  • Mereka meningkatkan dan mendukung kejantanan dan kekerasan.
  • Uang dalam jumlah besar hanya digunakan untuk pembelian senjata dan investasi pada teknologi militer.

Militerisme menurut negara

Jepang

Dari tahun 1920-an hingga akhir Perang Dunia Kedua, yang bertugas mengambil kendali negara, mereka adalah nasionalis, ekspansionis, terkait dengan fasisme, mereka adalah bagian dari kekuatan poros dalam Perang Dunia Kedua. Pionirnya adalah Kaisar Hiro Hito, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo dan Kapten Mitsuo Fuchida,

Spanyol

Itu terjadi di Era Kontemporer Spanyol ketika militer mendominasi kehidupan politik karena banyaknya perang berdarah setelah bencana kehadiran kolonial asing.

Amerika Latin

  • Ini merupakan sebuah konstanta yang cukup signifikan, dengan kekuatan militer yang terus menerus dan dengan strategi yang sama untuk mencapai komando:
  • Melalui caudillismo militer, ketika kekosongan politik timbul akibat perang kemerdekaan.
  • Yang tradisional, ketika terjadi ketidakseimbangan di sebagian besar wilayah negara, ekonomi, sosial, dll.
  • Kudeta militer.
  • Mereka umumnya adalah negara diktator militer fasis.

Kritik terhadap militerisme

Militerisme umumnya dinilai banyak ditemukan di negara-negara dengan sistem politik yang belum berkembang, belum matang, dan kurang terkonsolidasi. Munculnya militerisme merupakan indikator keterbelakangan dan kelemahan sistem politik suatu negara serta menunjukkan keinginan kekuasaan untuk memperoleh keuntungan. Pada saat yang sama, arus ini tidak mampu hanya mengusulkan, menerapkan hukum dan strategi perubahan dari satu perspektif saja.

Pentingnya

Negara ini dikagumi oleh sebagian orang dan dibenci oleh pihak lain, saat ini kekuatan utama Barat berada di garis depan militerisasi, negara ini telah berevolusi dari persenjataan hingga ekspansi karena tidak lagi hanya perwira yang bertanggung jawab atas hal ini tetapi mereka juga politisi, media dan pengusaha.

Keuntungan dan Kerugian Militerisme

Keuntungan Militerisme:

  • Meningkatkan keamanan nasional
  • Mendorong disiplin dan patriotisme
  • Dapat mempercepat perkembangan teknologi

Kerugian Militerisme:

  • Potensi pelanggaran hak asasi manusia
  • Pengabaian sektor-sektor non-militer
  • Risiko konflik internasional yang lebih tinggi

Langkah-langkah Penerapan Militerisme:

  1. Peningkatan anggaran pertahanan
  2. Reformasi pendidikan untuk menekankan nilai-nilai militer
  3. Restrukturisasi pemerintahan dengan menempatkan perwira militer di posisi kunci
  4. Pengembangan industri pertahanan domestik
  5. Penguatan aliansi militer internasional

Fitur Utama Militerisme:

  • Dominasi militer dalam pengambilan keputusan politik
  • Penekanan pada kesiapsiagaan militer
  • Glorifikasi nilai-nilai militer dalam masyarakat sipil

FAQ

Apa itu Militerisme?

Militerisme adalah ideologi atau sistem pemerintahan yang menekankan kekuatan militer sebagai komponen utama dalam menjalankan kekuasaan negara dan membentuk kebijakan.

Bagaimana Militerisme mempengaruhi masyarakat?

Militerisme dapat meningkatkan rasa keamanan nasional dan patriotisme, namun juga berpotensi mengancam kebebasan sipil dan mengalihkan sumber daya dari sektor-sektor penting lainnya seperti pendidikan dan kesehatan.

Apakah Militerisme masih relevan di era modern?

Ya, meskipun bentuknya telah berubah, militerisme tetap relevan dalam politik global modern, terutama dalam bentuk anggaran pertahanan yang besar dan pengembangan teknologi militer canggih.

Apa perbedaan antara Militerisme dan sistem pertahanan nasional yang kuat?

Militerisme melibatkan dominasi militer dalam berbagai aspek kehidupan bernegara, sementara sistem pertahanan nasional yang kuat dapat ada tanpa harus mendominasi kebijakan sipil atau kehidupan sosial.

Bagaimana cara menyeimbangkan kebutuhan pertahanan dengan nilai-nilai demokrasi?

Menyeimbangkan kebutuhan pertahanan dengan nilai-nilai demokrasi memerlukan transparansi dalam pengambilan keputusan militer, kontrol sipil yang kuat atas militer, dan alokasi sumber daya yang seimbang antara sektor militer dan non-militer.

Referensi:

  1. Huntington, S. P. (1957). The Soldier and the State: The Theory and Politics of Civil-Military Relations. Harvard University Press.
  2. Janowitz, M. (1960). The Professional Soldier: A Social and Political Portrait. Free Press.
  3. Bacevich, A. J. (2005). The New American Militarism: How Americans Are Seduced by War. Oxford University Press.
  4. Enloe, C. (2000). Maneuvers: The International Politics of Militarizing Women’s Lives. University of California Press.
  5. Vagts, A. (1959). A History of Militarism: Civilian and Military. Meridian Books.
  6. Lutz, C. (2002). Making War at Home in the United States: Militarization and the Current Crisis. American Anthropologist, 104(3), 723-735.
  7. Berghahn, V. R. (1981). Militarism: The History of an International Debate 1861-1979. Cambridge University Press.
  8. Mann, M. (1987). The Roots and Contradictions of Modern Militarism. New Left Review, 162, 35-50.

Artikel ini memberikan gambaran komprehensif tentang militerisme, mulai dari akar sejarahnya hingga manifestasinya dalam dunia modern. Meskipun militerisme memiliki beberapa aspek positif seperti peningkatan keamanan nasional, dampak negatifnya terhadap kebebasan sipil dan alokasi sumber daya tidak bisa diabaikan. Dalam era global yang semakin kompleks, pemahaman yang mendalam tentang militerisme menjadi semakin penting untuk menciptakan kebijakan yang seimbang antara kebutuhan pertahanan dan nilai-nilai demokrasi.

  • Konsumerisme: Fenomena Budaya Konsumsi di Era Modern
  • Hukum Positif | Apa itu, ciri-ciri, sejarah, asas, klasifikasi
  • Gerakan buruh | Apa itu, ciri-ciri, asal usul, sebab, tujuan, akibat