Pendahuluan
Darwinisme sosial adalah teori sosiopolitik yang menggunakan gagasan seleksi alam dari Charles Darwin untuk menjelaskan dinamika sosial dan ekonomi. Meskipun tidak didukung oleh Darwin sendiri, teori ini telah mempengaruhi berbagai aspek masyarakat. Artikel ini akan membahas pengertian, sejarah, penerapan, serta kritik terhadap Darwinisme sosial.
Menurut teori ini, yang sangat populer pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kelompok yang paling lemah semakin tereduksi dan budaya mereka dibatasi, sedangkan yang kuat semakin berkuasa dan berpengaruh terhadap yang lemah. Penganut Darwinisme Sosial berpendapat bahwa kehidupan manusia dalam masyarakat adalah perjuangan untuk eksistensi yang diatur oleh “survival of the fittest”, sebuah ungkapan yang dikemukakan oleh filsuf dan ilmuwan Inggris Herbert Spencer.
Apa itu Darwinisme sosial?
Itu adalah serangkaian teori yang mencoba menerapkan konsep biologis pada masyarakat dan politik berdasarkan teori evolusi Charles Darwin dan ide dasarnya adalah survival of the fittest dalam kaitannya dengan evolusi sosial.
Teori tersebut berisi penjelasan tentang asal usul dan evolusi seluruh spesies yang ada di dunia dan diterima secara positif pada abad ke-19 oleh negara-negara imperialis dan kolonialis. Darwinisme Sosial merupakan teori pseudoscientific yang lahir dari seleksi alam dan perjuangan Darwin untuk bertahan hidup. Ada klaim bahwa evolusi sosial dapat dijelaskan dengan hukum evolusi biologis.
Hal ini setara secara biologis dengan filsafat borjuis, dimana doktrin persaingan bebas adalah manifestasi ekonomi dan perjuangan untuk eksistensi adalah perjuangan untuk memenuhi semua kebutuhan manusia. Dalam perebutan kekuasaan, muncullah pihak yang terbaik dan mempunyai kapasitas paling besar untuk memerintah.
Definisi
Darwinisme sosial adalah penerapan prinsip seleksi alam dan “survival of the fittest” dalam konteks sosial dan ekonomi. Teori ini berpendapat bahwa individu atau kelompok yang paling cocok secara alami akan bertahan dan sukses dalam masyarakat.
Asal Usul
Konsep ini berkembang pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, dipopulerkan oleh pemikir seperti Herbert Spencer dan William Graham Sumner, yang mengadaptasi ide Darwin untuk menjelaskan fenomena sosial.
Sejarah
Charles Darwin adalah orang pertama yang mengamati evolusi sebagai suatu proses di mana variasi dan seleksi alam menentukan apakah suatu individu harus ada atau hilang. Seleksi alam adalah proses kelangsungan hidup organisme yang bertujuan untuk hidup di lingkungan tertentu, dan melalui proses inilah populasi berubah dan muncul spesies baru, beradaptasi untuk bertahan hidup di lingkungan tersebut.
Kita dapat mengatakan bahwa hal ini muncul pada abad ke-19 ketika orang-orang Eropa sedang mencari cara untuk memperluas kapitalisme dan menaklukkan wilayah-wilayah baru serta menggunakan kekuatan untuk menaklukkan Afrika dan Asia. Bagi orang-orang Eropa, mereka menduduki bagian tertinggi dari evolusi dan itulah sebabnya mereka lebih maju mampu mendominasi bangsa lain.
Darwinisme Sosial digunakan dalam hubungan internasional dan pemerintahan kolonial, pada akhir abad ke-19. Revolusi industri dan penerapan militernya menciptakan perpecahan antar negara di dunia. Di satu sisi, ada negara-negara yang kuat dan di sisi lain, ada negara-negara yang lebih lemah.
Sementara itu, Nazisme dan fasisme menggunakan Darwinisme sosial untuk mempertahankan teori mereka tentang kesenjangan antar individu, dengan konsekuensi mengerikan yang kita semua tahu.
Pengaruh Awal
Herbert Spencer
Spencer adalah salah satu tokoh utama yang mengaitkan ide evolusi dengan masyarakat manusia, menciptakan istilah “survival of the fittest” untuk menggambarkan kompetisi dalam kehidupan sosial.
William Graham Sumner
Sumner menyebarluaskan ide bahwa bantuan sosial dan campur tangan pemerintah dapat mengganggu proses alamiah seleksi dalam masyarakat.
Penerapan dalam Kebijakan
Imperialisme
Darwinisme sosial digunakan untuk membenarkan imperialisme dan kolonialisme, dengan argumen bahwa bangsa yang kuat berhak menguasai yang lemah.
Kebijakan Ekonomi
Teori ini juga digunakan untuk mendukung laissez-faire dalam ekonomi, menentang campur tangan pemerintah dalam pasar bebas.
Pengarang
Darwinisme Sosial dikemukakan oleh Herbert Spencer. Ia mengartikan seleksi alam sebagai “survival of the fittest” dan berhasil memasukkannya ke dalam bidang sosiologi. Dengan cara ini, Spencer berpendapat bahwa karakteristik bawaan atau warisan dapat memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan pendidikan atau karakteristik yang diperoleh. Posisi ini dapat dimobilisasi oleh kejahatan dan ketidaktahuan, namun hal ini keliru dan menyimpang, dan berdasarkan penyimpangan moral inilah kaum kapitalis membenarkan adanya kesenjangan sosial.
Komponen
Ada empat elemen yang digunakan Darwin untuk merumuskan teorinya, yaitu:
- Variabilitas individu dan potensinya yang menjelaskan bahwa anggota suatu spesies berbeda satu sama lain. Perbedaan individu tidak hanya pada ciri morfologi, tetapi juga fisiologis dan perilaku. Salah satu sumber variabilitas bersifat intrinsik pada individu atau genetik dan dapat diwariskan dan sumber lainnya adalah pengaruh faktor lingkungan.
- Transmisi ke generasi karakteristik variabel yang mungkin memiliki penyebab eksogen atau endogen.
- Spesies menghasilkan lebih banyak keturunan daripada yang dapat bertahan hidup dan itulah sebabnya potensi pertumbuhan eksponensial suatu spesies terjadi; mereka menghasilkan jumlah individu yang jauh lebih banyak daripada yang biasanya dapat mereka hasilkan sendiri.
- Perjuangan untuk eksis karena jika dalam suatu komunitas terdapat jumlah individu yang melebihi sumber daya yang tersedia untuk bertahan hidup maka akan terjadi kematian.
Darwinisme Sosial menurut negara
- Di Bolivia, idealisme nasional dipromosikan dengan teori Darwinisme sosial di banyak kotanya yang menggunakan kraniometri, sebagai argumen keliru mengenai superioritas orang Kaukasia atas orang India, dan membuat perbandingan kraniometri karena orang India dianggap berada di antara lima dan sepuluh ons lebih sedikit dibandingkan orang kulit putih, yang mempengaruhi kemiskinan darah dan kondisi psikologisnya. Itulah sebabnya mereka menganggap bahwa orang India dan mestizo tidak memberikan kontribusi apa pun terhadap skala kemajuan yang efektif dan bahwa mereka dikutuk untuk dimusnahkan demi memberi jalan bagi ras kulit putih.
- Di Jerman gagasan Darwin dan Dalton diadopsi oleh Ernst Haeckel dari Jerman, seorang dokter yang menjadi apologis terkemuka. Karya Haeckel dan pesan Darwin menyebar di Nazi Jerman, memicu keinginan Hitler untuk menciptakan ras Arya yang unggul dengan melenyapkan ras Yahudi dan ras inferior lainnya berdasarkan kemampuan bawaan evolusi untuk mengklasifikasikan berbagai ras manusia sebagai spesies terpisah.
Dampak
Beberapa akibat dari Darwinisme sosial adalah:
- Para ilmuwan menggunakannya untuk menghilangkan aspirasi keagamaan dan menjelaskan keadaan semua makhluk hidup, membuang mitos penciptaan.
- Ideologinya terkait dengan posisi seksis, rasis, dan etnosentris.
- Adolf Hitler kemudian terinspirasi oleh teori ini untuk membenarkan Holocaust Yahudi dan gagasannya tentang eugenika.
- Kelebihan populasi diyakini sebagai fenomena yang melekat pada spesies manusia yang memerlukan kesenjangan sosial dan melarang bantuan.
Kritik terhadap Darwinisme sosial
Kritik utama yang dilontarkan terhadap Darwinisme adalah bahwa teori tersebut diangkat dari bidang biologi evolusioner, dan mempunyai potensi yang sangat besar sebagai pembenaran ideologis untuk menempatkan nilai suatu ras di atas ras lainnya, antara yang kaya dan yang terpinggirkan, dan yang terpelajar di atas yang lain. kurang pengetahuan.
Hal ini kemudian berfungsi sebagai tonggak sejarah selain persaingan, hal ini memotivasi ketidaksetaraan dan eksploitasi produksi kapitalis dan menyatakan bahwa hal ini adalah cara yang harus diikuti untuk mencapai kemajuan manusia dari perspektif positivis.
Ketidakakuratan Ilmiah
Penyalahgunaan Teori Darwin
Darwinisme sosial dianggap sebagai penyalahgunaan teori evolusi biologis, yang tidak dimaksudkan untuk diterapkan pada konteks sosial manusia.
Simplifikasi Berlebihan
Konsep ini sering menyederhanakan kompleksitas sosial menjadi persaingan murni, mengabaikan faktor-faktor lain seperti kerjasama dan altruisme.
Implikasi Etis
Justifikasi Ketidakadilan
Darwinisme sosial dikritik karena membenarkan ketidakadilan sosial dan ekonomi, menciptakan pembenaran bagi eksploitasi dan penindasan.
Pengaruh Negatif
Penerapan konsep ini telah berkontribusi pada kebijakan diskriminatif dan tidak manusiawi, yang berdampak buruk pada kelompok rentan.
Contoh
- Kandidat Partai Republik dalam upaya untuk memahami filosofi umum, visi yang dimiliki secara luas, dan gambaran ideal Amerika.
- Bantuan kemanusiaan yang diblokir untuk beberapa orang dan dipromosikan untuk orang lain yang mencakup program kesejahteraan pemerintah.
Penerapan Darwinisme Sosial
Justifikasi Sosial
Kelas dan Stratifikasi
Darwinisme sosial digunakan untuk membenarkan hierarki sosial dan ketidaksetaraan, dengan klaim bahwa posisi sosial seseorang adalah hasil dari kecocokan alami.
Rasialisme
Teori ini sering disalahgunakan untuk mendukung pandangan rasialis, mengklaim bahwa beberapa ras lebih unggul secara alami daripada yang lain.
Dampak Politik
Kebijakan Egenetika
Di beberapa negara, Darwinisme sosial mempengaruhi kebijakan eugenetika, yang berusaha meningkatkan “kualitas” populasi melalui seleksi buatan.
Gerakan Sosial
Beberapa gerakan sosial menggunakan konsep ini untuk menentang reformasi sosial, dengan dalih bahwa intervensi dapat mengganggu keseimbangan alami.
Kesimpulan
Darwinisme sosial adalah konsep kontroversial yang telah mempengaruhi pemikiran sosial dan kebijakan publik. Meskipun menawarkan perspektif tentang kompetisi dan adaptasi, penerapannya sering kali menimbulkan ketidakadilan dan penyalahgunaan. Kritik terhadap teori ini menyoroti pentingnya pendekatan yang lebih holistik dan etis dalam memahami dinamika sosial.
Referensi
- Bannister, R. C. (1979). Social Darwinism: Science and Myth in Anglo-American Social Thought. Temple University Press.
- Hawkins, M. (1997). Social Darwinism in European and American Thought, 1860-1945: Nature as Model and Nature as Threat. Cambridge University Press.
- Hofstadter, R. (1955). Social Darwinism in American Thought. Beacon Press.