Naik Tugu Monas Jakarta di Indonesia

Monumen Nasional, atau Monas (kependekan namanya dalam Bahasa— Monumen Nasional ), adalah proyek Presiden pertama Indonesia—Sukarno (orang Jawa sering menggunakan satu nama saja). Sepanjang pemerintahannya yang bergolak, Sukarno berusaha menyatukan Indonesia dengan simbol-simbol nyata kebangsaan; karena Masjid Istiqlal adalah usahanya untuk mempersatukan umat Islam Indonesia, Monas adalah usahanya untuk membuat peringatan abadi bagi gerakan kemerdekaan Indonesia.

Menjulang di atas Lapangan Merdeka di Gambir, Jakarta Pusat, Monas adalah monolit berukuran mengesankan: tingginya sekitar 137 meter (450 kaki), diatapi dek observasi dan api berlapis emas yang menyala di malam hari.

Di dasarnya, Monas memiliki museum sejarah Indonesia dan ruang meditasi yang menampilkan salinan otentik deklarasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Sukarno atas emansipasi negara mereka dari Belanda.

Jika hanya untuk memahami tempat Jakarta dalam sejarah Indonesia, Anda harus menjadikan Monas sebagai perhentian penting dalam rencana perjalanan Indonesia Anda. Setidaknya, jadikan itu yang pertama dalam daftar hal-hal top yang bisa kamu lakukan selama di Jakarta.

Sejarah Monas

Presiden Sukarno adalah orang yang bermimpi besar—dengan adanya Monas, ia menginginkan tugu peringatan perjuangan kemerdekaan yang abadi sepanjang zaman. Dengan bantuan arsitek Frederich Silaban (perancang Masjid Istiqlal) dan RM Soedarsono, Sukarno membayangkan tugu yang menjulang tinggi itu sebagai simbiosis dari berbagai simbol keberuntungan.

Pencitraan Hindu hadir dalam desain Monas, karena struktur cawan dan menaranya menyerupai lingga dan yoni .

Angka 8, 17, dan 45 terdengar kembali ke 17 Agustus 1945, tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia—angka-angka itu muncul dalam segala hal mulai dari ketinggian menara (117,7 meter/386 kaki) hingga area peron ia berdiri di atas (45 meter persegi/148 kaki persegi), bahkan hingga jumlah bulu pada patung Garuda berlapis emas di Aula Meditasi (delapan bulu di ekornya, 17 bulu per sayap, dan 45 bulu di lehernya)!

Pembangunan Monas dimulai pada tahun 1961, tetapi baru selesai pada tahun 1975, sembilan tahun setelah penggulingan Sukarno sebagai Presiden dan lima tahun setelah kematiannya. (Monumen itu masih dikenal, dengan lidah di pipi, sebagai “ereksi terakhir Sukarno.”)

Ali Trisno Pranoto / Getty ImagesÂ

Struktur Monas

Terletak di tengah taman seluas 80 hektar, Monas sendiri dapat diakses di sisi utara Lapangan Merdeka. Saat Anda mendekati monumen dari utara, Anda akan melihat lorong bawah tanah yang mengarah ke dasar monumen, di mana biaya masuk sebesar Rp 15.000 ($1,80 Januari 2020) dikenakan untuk akses ke semua area. (Baca tentang uang di Indonesia.)

Segera setelah keluar dari ujung terowongan, pengunjung akan menemukan diri mereka berada di halaman luar monumen, di mana dindingnya terdapat pahatan relief yang menunjukkan momen-momen penting sejarah Indonesia.

Kisah dimulai dengan Kerajaan Majapahit yang mencapai puncaknya pada abad ke-14 di bawah perdana menteri Gajah Mada. Saat Anda maju searah jarum jam di sekeliling, penggambaran sejarah beralih ke sejarah yang lebih baru, dari penjajahan Belanda hingga proklamasi kemerdekaan hingga transisi berdarah dari Sukarno ke penggantinya Suharto di tahun 1960-an.

Museum Sejarah Nasional

Di sudut timur laut dasar monumen, pintu masuk Museum Sejarah Nasional Indonesia mengarah ke ruangan besar berdinding marmer dengan rangkaian diorama yang mendramatisasi momen-momen penting dalam sejarah Indonesia.

Saat Anda naik ke dalam cawan yang menjadi dasar monumen, Anda bisa memasuki Balai Meditasi yang memamerkan berbagai simbol kebangsaan Indonesia di bagian dalam, dinding marmer hitam yang menjadi bagian dari batang menara.

Peta Indonesia berlapis emas terbentang di dinding utara Balai Meditasi, sementara pintu emas terbuka secara mekanis untuk memperlihatkan salinan asli proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Sukarno pada tahun 1945, sebagai alunan musik patriotik dan rekaman Sukarno sendiri mengisi udara.

Tembok selatan menampilkan patung emas Garuda Pancasila – elang alegoris yang dihiasi dengan simbol berdiri untuk ideologi “Pancasila” yang didirikan oleh Sukarno.

Gambar Kreatif / Gambar Getty

Puncak Monas

Anjungan pengamatan yang besar di bagian atas cawan monumen menawarkan titik pandang yang bagus pada ketinggian 17 meter/56 kaki untuk melihat kota metropolitan Jakarta di sekitarnya, tetapi pemandangan terbaik tersedia di anjungan pengamatan di puncak menara , 115 meter/377 kaki di atas permukaan tanah.

Lift kecil di sisi selatan memberikan akses ke peron, yang dapat menampung sekitar 50 orang. Pemandangan agak terhalang oleh batang baja, tetapi beberapa teropong memungkinkan pengunjung untuk memilih pemandangan menarik di sekeliling taman.

Tidak terlihat dari anjungan pandang—tetapi sangat terlihat dari tanah—adalah Flame of Independence seberat 14 setengah ton, ditutupi oleh 50 kilogram/110 pon kertas emas. Nyala api menyala di malam hari, memungkinkan Monas terlihat dari jarak bermil-mil bahkan setelah gelap.

Bagaimana Menuju ke Monas

Monas mudah diakses dengan taksi. Busway TransJakarta juga mencapai Monas—dari Jalan Thamrin, bus BLOK M-KOTA melewati monumen tersebut. Baca tentang transportasi di Indonesia.

Lapangan Merdeka buka mulai pukul 08.00 hingga 18.00 Monas dan pamerannya buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 15.00, kecuali hari Senin terakhir setiap bulan, saat ditutup untuk pemeliharaan.