Empowerment

Empowerment adalah ungkapan yang berasal dari bahasa Inggris. Ini mengacu pada strategi manajemen bisnis, yang terdiri dari pemberdayaan pekerja untuk menjalankan otonomi yang lebih besar dan kekuasaan dalam pengambilan keputusan, untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan.

Meskipun kata tersebut secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai ‘pemberdayaan’, kata yang terakhir memiliki nuansa berbeda dalam bahasa kita. Pemberdayaan mengacu pada proses melengkapi individu, kelompok atau komunitas untuk mencapai potensi penuh mereka untuk perbaikan integral kehidupan mereka.

Sebaliknya, istilah Empowerment dalam bahasa Inggris mengacu pada bidang sumber daya manusia. Dalam pengertian ini, kata-kata yang paling baik menyampaikan makna pemberdayaan adalah memberdayakan, mengaktifkan, mengizinkan, melatih atau memberdayakan tindakan tertentu dalam konteks kerja.

Strategi empowerment memungkinkan pekerja menyelesaikan tugas dan masalah tanpa harus mencari rem birokrasi. Hal ini, pada gilirannya, membuat pekerja mengembangkan partisipasi dan otonomi yang lebih besar dan, akibatnya, tanggung jawab dan rasa memiliki yang lebih besar.

Oleh karena itu, perusahaan mencapai hasil yang lebih baik dengan mendelegasikan tanggung jawab, menghindari rintangan, merampingkan proses, menghemat waktu dan meningkatkan kinerja.

Prinsip Empowerment

Prinsip empowerment berkisar pada keseimbangan antara kekuasaan dan tanggung jawab. Ini mengasumsikan bahwa harus ada kesetaraan dalam distribusi kekuasaan dan tanggung jawab di lingkungan kerja.

Dalam struktur tradisional, hierarki menganggap bahwa atasan adalah satu-satunya pihak yang memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan, sedangkan pekerja hanya memiliki tanggung jawab untuk melaksanakannya.

Jadi, jika atasan memusatkan semua kekuatan, dia dapat dengan mudah menjadi pemimpin yang otoriter. Sementara itu, pekerja tersebut merasa frustrasi karena tidak dapat segera memperbaiki masalah tanpa izin. Jenis hierarki ini membuat proses menjadi lebih lambat dan kurang efisien.

Dari sudut pandang pemberdayaan, jika seorang pekerja memiliki kekuatan untuk membuat keputusan tentang hal-hal yang berinteraksi dengan mereka sehari-hari, harga diri kerja mereka akan meningkat. Hal yang sama akan terjadi dengan atasan yang mendelegasikan kekuasaannya dan mengatur untuk mengkoordinasikan dan mendorong timnya dengan cara yang efisien dan positif.